Kesaksian Luis DeJesus - Dipulihkan dari Keterpurukan
Nama
saya Luis. Saya dibesarkan di kota
New York. Saya datang dari keluarga yang berantakan dan tidak berfungsinya peran anggota
keluarga. Saya adalah anak bungsu dari lima bersaudara dan
satu-satunya anak laki-laki. Sebagai anak saya selalu mengatakan bahwa saya tidak
akan pernah menjadi seperti ayah saya. Saya menyaksikan cara dia
menyakiti ibu saya sebagai dampak
dari memiliki banyak wanita sampingan. Dia itu pria mata
keranjang. Hal ini menyulut
kemarahan dalam diri saya. Saya tidak tahu bahwa
dengan membuat pernyataan: "Saya tidak akan pernah menjadi seperti ayah
saya", hidup saya akan berubah dan lebih rusak dari yang saya bayangkan.
Aku
dibesarkan di daerah orang
hitam dengan teman-teman SMP. Saya merasa aman di
sekitar mereka, meskipun mereka memakai narkoba dan mendapat masalah darinya. Terlepas
dari keputusan buruk mereka
memakai narkoba, mereka melindungi saya. Ada seorang teman yang mati di atas tubuh saya karena tembakan
senjata saat kami sedang
berseliweran di taman kota. Hal ini merupakan bagian
paling yang menakutkan dari masa kecil saya, tapi saya percaya itu membuat saya
kuat dalam menghadapi hal-hal buruk dalam hidup.
Saya
memiliki kehidupan yang cukup bagus karena satu orang tua melakukan dua pekerjaan. Saya tidak pernah memakai narkoba, merampok orang
atau mengalami pelecehan seksual. Saya adalah seorang anak yang cukup baik yang memendam kemarahan.
Saya memiliki banyak kebencian, dan saya coba menunjukkan siapa diriku.
Pada usia 13 tahun, saya memiliki seorang gadis yang menjadi
pacar pertama saya di SMP. Saya berjalan dengannya sampai akhir sekolah menengah pertama. Ini hal yang serius. Saya jatuh cinta. Sayangnya, dia memutuskan hubungan kami.
Aku merasakan sakit dan patah hati. Saya marah dan sakit hati dengan tindakan dan rasa kurang percayanya kepada saya. Hari berikutnya dia datang menemui saya dan meminta saya untuk
memaafkannya dan melupakan apa yang telah dikatakannya. Tapi rasa ego memenuhi jiwaku.
Hatiku ingin mengatakan ya, namun
rasa ego mengatakan tidak. Saya bersumpah tidak akan
pernah berada dalam posisi rentan seperti itu lagi.
Aku melanjutkan ke sekolah
menengah atas dan berkencan
dengan banyak gadis, namun terus terpikir akan cinta
sejati saya yang telah hilang karena ego. Banyak gadis yang jatuh cinta padaku, tapi aku
terus terpikir cinta pertamaku. Sehingga hubungan saya tidak berlangsung lama.
Akibat dari semua yang
terjadi, saya masih labil. Pada usia 18
tahun, saya punya pengalaman homoseksual pertama. Saya
tidak mengerti mengapa saya melakukannya dan berusaha
mencari pertolongan dari Gereja Katolik yang saya
hadiri. Aku membuat pengakuan
kepada imam dan dia hanya mengatakan kepada
saya untuk memanjatkan tiga kali doa "Bapa Kami" dan empat kali "Salam Maria" sehingga saya tidak
pernah datang ke gereja ini lagi.
Saya marah pada Tuhan dan
Gereja. Saya merasa terluka dan takut. Saya akhirnya jatuh lebih dalam ke aktivitas homoseksual di samping ‘menyembuhkan’ diri dengan narkoba . Saya memakai
kokain seharga $ 300 setiap harinya. Saya melakukannya saat melalui
usia 29 tahun. Saya memperoleh
kokain secara gratis karena saya punya teman yang
menjualnya. Aku mengobati sendiri karena saya malu dengan apa yang telah saya lakukan, dan
saya tidak tahu bagaimana caranya
melarikan diri. Saya ingin kembali ke pacar lama saya tetapi saya merasa begitu
kotor dan saya kira dia akan membenci saya jika saya mengatakan kepadanya tentang kejatuhan saya ke dalam dosa homoseksual. Jadi saya membenamkan diri dalam dosa yang lebih
dalam dan tidak pernah memberitahunya.
Saya menjalin hubungan
jangka panjang dengan seorang pria, yang merupakan mimpi buruk. Hubungannya penuh
dengan penyimpangan seksual, obat-obatan dan minuman keras. Saya adalah bom waktu yang siap meledak.
Pada usia 29, saya berseru kepada Tuhan dan berkata, "Jika Engaku nyata tolonglah saya. Entah Engkau akan
membunuh saya atau mengizinkan saya untuk hidup." Saya mengutuk Allah,
menjerit dan berteriak, dan berlutut menangis. Saya mengatakan kepadaNya bahwa Dia memiliki waktu lima menit
untuk menanggapi dan memberi saya tanda; jika tidak, saya tidak akan pernah berdoa
denganNya lagi. Dia hanya
memerlukan waktu tiga menit.
Saya
mendapat telepon dari adik perempuanku
di Florida. Dia tidak tahu apa yang sedang saya alami.
Dia mengatakan bahwa dia sedang duduk dan berpikir lalu saya masuk ke dalam benaknya dan dia
ingin tahu apakah saya ingin berhenti dari pekerjaan saya , pindah ke Florida dan
memulai hidup baru. Dia tidak
tahu apa pun tentang saya. Saat itu cek pemerintah untuk pengangguran seperti
saya sudah merupakan cek terakhir. Saya bertanya apakah
saya bisa
meneleponnya kembali. Saya kemudian berlutut dan meminta Tuhan mengampuni saya karena telah meragukanNya. Saya kemudian menelepon
kembali dan menerima tawarannya. Pada saat itu hidup saya mulai berubah. Kehadiran Allah
nyata waktu dibutuhkan. Ia muncul.
Sebelum
pindah ke Florida, saya belum pernah lagi ke gereja Kristen. Suatu hari saat sedang
mengemudi dan seolah ditarik ke gereja di jalan
raya Seminola. Mereka sepertinya sedang menantikan saya. Saya terlambat dan
ibadah sudah berlangsung. Mereka mengarahkan saya ke sebuah tempat duduk dan sangat ramah. Sebagai
pendeta berbicara dia berhenti dan berkata, "Saya harus mengehentikan sejenak khotbah ini karena saya baru
saja menerima nubuatan dan saya harus taat kepada Tuhan."
Dia berkata, "Ada seseorang di gereja ini yang baru saja datang dari tempat yang berjarak ratusan mil jauhnya dan Tuhan muncul. Ia menjadi nyata untukmu." Dia
melanjutkan," Engkau berseru kepada Tuhan karena engkau berurusan dengan penyimpangan seksual dan
terlibat dalam narkoba. Tuhan mendengar seruanmu dan membawamu ke mari. Dia ingin engkau bersaksi
kepada jemaat dan memberitahu mereka apa yang Dia lakukan. Jadi silakan bangkita
dan bersaksi sekarang. "
Saya takut. Saya pikir,
"Gereja ini gila." Saya melihat sekeliling dan mulai gemetar dan berharap
seseorang akan berdiri. Tapi tidak ada melakukannya. Seorang wanita tua ramah yang duduk di
samping saya , menyikut saya dan berkata, "Nak, bukankah itu engkau? Engkau harus taat
kepada Tuhan. " Saya menatapnya dan mengira
dia pasti gila. Pendeta itu gigih dan begitu juga
wanita di sebelah saya. Pada saat ia menyenggol saya ketiga kalinya, aku mandi
keringat karena tegang. "Bangkit dan bersaksi!" katanya lagi.
Akhirnya,
saya menanggapi dan bangkit. Pendeta meminta saya berjalan ke tempatnya berdiri di
depan jemaat dan menceritakan kisah saya. Saya melakukannya. Itu hal
paling menakjubkan namun menakutkan yang terjadi padaku. Bicara tentang takut akan Tuhan!
A
week later I began to go to Calvary Assembly in Orlando in July of 1995. I
began a relationship with Christ. I also attended an Exodus group there called
“Exchange Ministry” many years later. Through that group, other care groups,
and through healthy relationships with men and women my transformation began to
happen. I began to get connected with the church. I took part in Bible studies.
I began to serve. I joined the jail ministry, and alter ministry. I took the
care pastor training. I basically allowed God to use me in any way he wanted to
use me, and I trusted him for my victory.
Seminggu
kemudian di bulan Juli 1995 saya mulai pergi ke gereja Calvary Assembly di Orlando. Saya mulai
menjalin hubungan dengan Kristus. Kemudian saya juga menghadiri pertemuan kelompok Exodus yang disebut "Pelayanan Perubahan " selama bertahun-tahun. Melalui kelompok ini, kelompok pemerhati lainnya,
dan melalui hubungan yang sehat dengan laki-laki dan perempuan, transformasi hidup saya mulai
terjadi. Saya mulai terhubung dengan gereja. Saya mengambil bagian dalam
studi Alkitab. Saya mulai melayani. Saya bergabung dengan pelayanan penjara, dan
pelayanan perubahan. Saya mengambil pelatihan pendeta pemerhati. Saya prinsipnya mengijinkan Allah untuk
menggunakan saya dengan cara apapun yang Dia inginkan, dan saya mempercayaiNya untuk kebaikan saya.
Saya
belajar bahwa dalam
hadiratNya , Allah dapat melakukan apapun. Bagiku, saya tidak
perlu program 12 langkah. Aku membiarkan urapan Allah untuk datang ke
dalam hidup saya dan mengubah saya. Dia melepas kain kabung saya dan memahkotai saya
dengan kemuliaan-Nya. Ia mengisi ruang-ruang kosong dalam hidup saya dan memberikan saya tujuan hidup. Saya dipilih agar Allah dimuliakan melalui saya dan melalui segala yang saya alami bersamaNya. Tuhan
mencintaiku! Untuk itu saya bersyukur
selamanya.
Luis
DeJesus adalah mantan penduduk
New York yang pindah ke Florida pada tahun 1995. Dia telah
menjadi anggota dari gereja
“Calvary Assembly” selama 12 tahun. Dia melayani dalam ibadah di gereja Calvary dan
juga melayani di penjara lokal. Luis juga telah terlibat dalam “Pelayanan Perubahan” yang
menawarkan harapan dan penyembuhan bagi orang-orang terluka secara seksual.
Diterjemahkan oleh Ong Po Han dari :
http://www.oneby1.org/testimony-luis.cfm
Labels: gay, homoseks, kesaksian, pertobatan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home