Friday, June 17, 2016

Kesaksian Luis DeJesus - Dipulihkan dari Keterpurukan


Nama saya Luis. Saya dibesarkan di kota New York. Saya datang dari keluarga yang berantakan dan tidak berfungsinya peran anggota keluarga. Saya adalah anak bungsu dari lima bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki. Sebagai anak saya selalu mengatakan bahwa saya tidak akan pernah menjadi seperti ayah saya. Saya menyaksikan cara dia menyakiti ibu saya sebagai dampak dari memiliki banyak wanita sampingan. Dia itu pria mata keranjang. Hal ini menyulut kemarahan dalam diri saya. Saya tidak tahu bahwa dengan membuat pernyataan: "Saya tidak akan pernah menjadi seperti ayah saya", hidup saya akan berubah dan lebih rusak dari yang saya bayangkan.

Aku dibesarkan di daerah orang hitam dengan teman-teman SMP. Saya merasa aman di sekitar mereka, meskipun mereka memakai narkoba dan mendapat masalah darinya. Terlepas dari keputusan buruk mereka memakai narkoba, mereka melindungi saya. Ada seorang teman yang mati di atas tubuh saya karena tembakan senjata saat kami sedang berseliweran di taman kota. Hal ini merupakan bagian paling yang menakutkan dari masa kecil saya, tapi saya percaya itu membuat saya kuat dalam menghadapi hal-hal buruk dalam hidup.

Saya memiliki kehidupan yang cukup bagus karena satu orang tua melakukan dua pekerjaan. Saya tidak pernah memakai narkoba, merampok orang atau mengalami pelecehan seksual. Saya adalah seorang anak yang cukup baik yang memendam kemarahan. Saya memiliki banyak kebencian, dan saya coba menunjukkan siapa diriku.

Pada usia 13 tahun, saya memiliki seorang gadis yang menjadi pacar pertama saya di SMP. Saya berjalan dengannya sampai akhir sekolah menengah pertama. Ini hal yang serius. Saya jatuh cinta. Sayangnya, dia memutuskan hubungan kami. Aku merasakan sakit dan patah hati. Saya marah dan sakit hati dengan tindakan dan rasa kurang percayanya kepada saya. Hari berikutnya dia datang menemui saya dan meminta saya untuk memaafkannya dan melupakan apa yang telah dikatakannya. Tapi rasa ego memenuhi jiwaku. Hatiku ingin mengatakan ya, namun rasa ego mengatakan tidak. Saya bersumpah tidak akan pernah berada dalam posisi rentan seperti itu lagi.

Aku melanjutkan ke sekolah menengah atas dan berkencan dengan banyak gadis, namun terus terpikir akan cinta sejati saya yang telah hilang karena ego. Banyak gadis yang jatuh cinta padaku, tapi aku terus terpikir cinta pertamaku. Sehingga hubungan saya tidak berlangsung lama.

Akibat dari semua yang terjadi, saya masih labil. Pada usia 18 tahun, saya punya pengalaman homoseksual pertama. Saya tidak mengerti mengapa saya melakukannya dan berusaha mencari pertolongan dari Gereja Katolik yang saya hadiri. Aku membuat pengakuan kepada imam dan dia hanya mengatakan kepada saya untuk memanjatkan tiga kali doa "Bapa Kami" dan empat  kali "Salam Maria" sehingga saya tidak pernah datang ke gereja ini lagi.

Saya marah pada Tuhan dan Gereja. Saya merasa terluka dan takut. Saya akhirnya jatuh lebih dalam ke aktivitas homoseksual di samping ‘menyembuhkan’ diri dengan narkoba . Saya memakai kokain seharga $ 300 setiap harinya. Saya melakukannya saat melalui usia 29 tahun. Saya memperoleh kokain secara gratis karena saya punya teman yang menjualnya. Aku mengobati sendiri karena saya malu dengan apa yang telah saya lakukan, dan saya tidak tahu bagaimana caranya melarikan diri. Saya ingin kembali ke pacar lama saya tetapi saya merasa begitu kotor dan saya kira dia akan membenci saya jika saya mengatakan kepadanya tentang kejatuhan saya ke dalam dosa homoseksual. Jadi saya membenamkan diri dalam dosa yang lebih dalam dan tidak pernah memberitahunya.

Saya menjalin hubungan jangka panjang dengan seorang pria, yang merupakan mimpi buruk. Hubungannya penuh dengan penyimpangan seksual, obat-obatan dan minuman keras. Saya adalah bom waktu yang siap meledak. Pada usia 29, saya berseru kepada Tuhan dan berkata, "Jika Engaku nyata tolonglah saya. Entah Engkau akan membunuh saya atau mengizinkan saya untuk hidup." Saya mengutuk Allah, menjerit dan berteriak, dan berlutut menangis. Saya mengatakan kepadaNya bahwa Dia memiliki waktu lima menit untuk menanggapi dan memberi saya tanda; jika tidak, saya tidak akan pernah berdoa denganNya lagi. Dia hanya memerlukan waktu tiga menit.

Saya mendapat telepon dari adik perempuanku di Florida. Dia tidak tahu apa yang sedang saya alami. Dia mengatakan bahwa dia sedang duduk dan berpikir lalu saya masuk ke dalam benaknya dan dia ingin tahu apakah saya ingin berhenti dari pekerjaan saya , pindah ke Florida dan memulai hidup baru. Dia tidak tahu apa pun tentang saya. Saat itu cek pemerintah untuk pengangguran seperti saya sudah merupakan cek terakhir. Saya bertanya apakah saya bisa meneleponnya kembali. Saya kemudian berlutut dan meminta Tuhan mengampuni saya karena telah meragukanNya. Saya kemudian menelepon kembali dan menerima tawarannya. Pada saat itu hidup saya mulai berubah. Kehadiran Allah nyata waktu dibutuhkan. Ia muncul.

Sebelum pindah ke Florida, saya belum pernah lagi ke gereja Kristen. Suatu hari saat sedang mengemudi dan seolah ditarik ke gereja di jalan raya Seminola. Mereka sepertinya sedang menantikan saya. Saya terlambat dan ibadah sudah berlangsung. Mereka mengarahkan saya ke sebuah tempat duduk dan sangat ramah. Sebagai pendeta berbicara dia berhenti dan berkata, "Saya harus mengehentikan sejenak khotbah ini karena saya baru saja menerima nubuatan dan saya harus taat kepada Tuhan." Dia berkata, "Ada seseorang di gereja ini yang baru saja datang dari tempat yang berjarak ratusan mil jauhnya dan Tuhan muncul. Ia menjadi nyata untukmu." Dia melanjutkan," Engkau berseru kepada Tuhan karena engkau berurusan dengan penyimpangan seksual dan terlibat dalam narkoba. Tuhan mendengar seruanmu dan membawamu ke mari. Dia ingin engkau bersaksi kepada jemaat dan memberitahu mereka apa yang Dia lakukan. Jadi silakan bangkita dan bersaksi sekarang. "

Saya takut. Saya pikir, "Gereja ini gila." Saya melihat sekeliling dan mulai gemetar dan berharap seseorang akan berdiri. Tapi tidak ada melakukannya. Seorang wanita tua ramah yang duduk di samping saya , menyikut saya dan berkata, "Nak, bukankah itu engkau? Engkau harus taat kepada Tuhan. " Saya menatapnya dan mengira dia pasti gila. Pendeta itu gigih dan begitu juga wanita di sebelah saya. Pada saat ia menyenggol saya ketiga kalinya, aku mandi keringat karena tegang. "Bangkit dan bersaksi!" katanya lagi.

Akhirnya, saya menanggapi dan bangkit. Pendeta meminta saya berjalan ke tempatnya berdiri di depan jemaat dan menceritakan kisah saya. Saya melakukannya. Itu hal paling menakjubkan namun menakutkan yang terjadi padaku. Bicara tentang takut akan Tuhan!

A week later I began to go to Calvary Assembly in Orlando in July of 1995. I began a relationship with Christ. I also attended an Exodus group there called “Exchange Ministry” many years later. Through that group, other care groups, and through healthy relationships with men and women my transformation began to happen. I began to get connected with the church. I took part in Bible studies. I began to serve. I joined the jail ministry, and alter ministry. I took the care pastor training. I basically allowed God to use me in any way he wanted to use me, and I trusted him for my victory.

Seminggu kemudian di bulan Juli 1995 saya mulai pergi ke gereja Calvary Assembly di Orlando. Saya mulai menjalin hubungan dengan Kristus. Kemudian saya juga menghadiri pertemuan kelompok Exodus yang disebut "Pelayanan Perubahan " selama bertahun-tahun. Melalui kelompok ini, kelompok pemerhati lainnya, dan melalui hubungan yang sehat dengan laki-laki dan perempuan, transformasi hidup saya mulai terjadi. Saya mulai terhubung dengan gereja. Saya mengambil bagian dalam studi Alkitab. Saya mulai melayani. Saya bergabung dengan pelayanan penjara, dan pelayanan perubahan. Saya mengambil pelatihan pendeta pemerhati. Saya prinsipnya mengijinkan Allah untuk menggunakan saya dengan cara apapun yang Dia inginkan, dan saya mempercayaiNya untuk kebaikan saya.

Saya belajar bahwa dalam hadiratNya , Allah dapat melakukan apapun. Bagiku, saya tidak perlu program 12 langkah. Aku membiarkan urapan Allah untuk datang ke dalam hidup saya dan mengubah saya. Dia melepas kain kabung saya dan memahkotai saya dengan kemuliaan-Nya. Ia mengisi ruang-ruang kosong dalam hidup saya dan memberikan saya tujuan hidup. Saya dipilih agar Allah dimuliakan melalui saya dan melalui segala yang saya alami bersamaNya. Tuhan mencintaiku! Untuk itu saya bersyukur selamanya.

Luis DeJesus adalah mantan penduduk New York yang pindah ke Florida pada tahun 1995. Dia telah menjadi anggota dari gereja “Calvary Assembly” selama 12 tahun. Dia melayani dalam ibadah di gereja Calvary dan juga melayani di penjara lokal. Luis juga telah terlibat dalam “Pelayanan Perubahan” yang menawarkan harapan dan penyembuhan bagi orang-orang terluka secara seksual.

 Diterjemahkan oleh Ong Po Han dari :
http://www.oneby1.org/testimony-luis.cfm


Labels: , , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home