Kristuslah Tuhan ,Bukan Aku Lagi (Kesaksian Dr. Christopher Yuan, Mantan Gay dan Pemakai-Pengedar Narkoba)
Pengantar Pdt. Stephen
Tong
Leon Yuan (Yuan Li Yang),77 tahun, lebih muda 3 bulan dari Pdt. Stephen Tong
merupakan ayah Dr. Christopher Yuan, memiliki 2 buah gelar doktor.
Angela Yuan (Jiang Lang Jin), ibu yang sangat agung, dengan tangis - air
mata berdoa dan beseru kepada Tuhan. Ia berdoa selama 8 tahun dan Tuhan sungguh
mendengar doanya dan telah menyelamatkan anaknya.
Baik Leon Yuan dan istrinya Angela membagikan kesaksian dalam bahasa
Mandarin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dr Christopher Yuan masih sangat muda dan tampan menjadi dosen di STT Moody
Bible Institue. Bagaimana mungkin dari seorang homo, menderita HIV+ menjadi
dosen di sebuah STT? Ini kuasa besar dari Injil Tuhan. Dr Christopher Yuan
menyampaikan kisahnya dalam bahasa Inggris secara bergantian dengan kedua orang
tuanya.
Rachele yang menerjemahkan perkataan Dr. Christopher merupakan tamatan universitas
di Australia lalu kembali ke Indonesia.
Ia diundang khusus sebagai penterjemah.
Pengantar dari brosur
KKR-Kesaksian 2017 BUKAN AKU LAGI Dr. Christopher Yuan – Kesaksian dari
homoseksual dan pengedar narkoba menjadi dosen.
Dr. Christopher Yuan mengajar di Moody Bible Institute selama 8 tahun.
Dengan cara penafsiran Alkitab yang ketat, pengajarannya tentang topik yang
berhubungan dengan seks kini telah menjangkau lima benua. Ia juga adalah
pembicara pada berbagai acara konsultasi kekristenan di Amerika seperti Gospel
Coalition, Ethics & Religious Liberty Commission, Inter Varsity’s Urbana
dan Moody Pastors’ Conference, Men’s Conference. Selain itu, ia juga menjadi
pembicara pada program pembinaan yang diadakan di perguruan tinggi maupun
gereja, untuk topik yang berkaitan dengan homoseksualitas dan seks. Dr.
Christopher Yuan pernah mendapatkan penghargaan sebagai salah seorang pemeran
utama dalam film “Hope Positive” (pengindap AIDS yang selamat). Bersama ibunya,
Jiang Lang Jin (Angela Yuan), mereka menulis memoar (BUKAN AKU LAGI :
PERJALANAN PULANG SEORANG ANAK YANG HOMOSEKS DAN IBU YANG HATINYA HANCUR).
Tahun 2005 ia lulus dari Moody Bible Institute, tahun 2007 mendapat gelar
master di Wheaton College engan mengambil bidang Biblical Hermenuetics, dan
tahun 2014 mendapatkan gelar Doctor of Ministry dari Bethel Bible Seminary.
Orang tua dari Dr. Christopher Yuan yakni Dr. Yuan Li Yang dan Jiang Lang Jin
adalah lulusan Tunghai University, Tiawan, yang kemudian melanjutkan studi ke
Amerika Serikat. Dr. Yuan mendapat gelar doktor di bidang kedokteran gigi serta
mendapatkan izin praktek. Saat ini dia dan istrinya dengan aktif terlibat dalam
pelayanan anak mereka.
Artikel ini merupakan hasil catatan dari Kebaktian Kesaksian yang
disampaikan Dr. Christopher Yuan dengan kedua orang tuanya di Kateral Mesias
RMCI pada hari Minggu, 7 Mei 2017 (pk 19-21). Artikel ini langsung diketik saat
acara kesaksian dan tidak diperiksa (diedit) oleh Dr. Christopher Yuan dan
Keluarga.
Kesaksian Dr. Christopher
Yuan dan Keluarga.
Dr. Leon Yuan (papa Dr. Christopher Yuan)
Saat masih kecil, negara Amerika Serikat (AS) dalam benak saya ibarat
sebuah kota dengan uang tumbuh di atas pohon. Saya pergi ke Amerika dan
mendarat di pelabuhan New York pada tahun 1964. Pada malam hari itu saya
menetap di rumah teman saya di sebuah daerah kumuh. Hari berikutnya adalah
perayaan Halloween tanggal 31 Oktober. Saat itu saya melihat sekelompok anak
kecil berkostum sangat aneh seperti setan dan mengetuk pintu rumah-rumah lalu berteriak
“Trick or treat” kalau tidak dikasih gula mereka akan mengerjai. Ternyata pandangan
saya mengenai AS salah. Angela adalah pacar saya sewaktu di universitas. Dia 1
tahun lebih muda dari saya. Pada tahun ke2 sesampai di Amerika saya menikahinya.
Saya mengira dengan saling mengasihi kami
bisa membangun keluarga yang berbahagia. Namun tidak disangka , pandangan saya
terhadap pernikahan pun keliru. Saya adalah seorang anak tunggal yang
dilahirkan dalam suatu keluarga yang menganut pandangan tradisional. Saya menganggap
berbakti kepada orang tua lebih penting dibanding kepada seorang istri. Saya
mulai memikirkan bagaimana saya menyenangkan kedua pihak tapi ternyata saya
tidak bisa menyenangkan satu pun. Saat itu saya belum Kristen. Maka
terakumulasi-lah masalah dalam pernikahan kami. Akibatnya bencana dalam
pernikahan kami tidak terhindarkan. Akhirnya dengan dukungan dari kedua anak
kami , kami mulai proses perceraian setelah menikah selama 28 tahun. Pada tahun
yang sama , tanggal 17 Mei anak kami kembali dari kuliah kedokteran gigi. Dan
ia mengumumkan ke kami bahwa ia seorang homo. Tetapi karena hubungan kami sudah
sedemikian mengecewakan itu, maka saya pun tidak sehati dengan istri saya dalam
menghadapi tantangan yang begitu besar. Bukan saja saya tidak bersimpati dan
menghibur dia, malah sebaliknya saya menyalahkan istri sehingga karenanya anak kami
menjadi homo. Kami sudah tidak punya daya lagi dalam menolong anak kami.
Keluarga kami diambang perpecahan. Kami ingin mencari kesenangan kami
masing-masing dengan cara berpisah. Tetapi saya tidak menyangka respon istri
saya berbeda dengan saya.
Angela Yuan (mama Dr.
Christopher Yuan)
Pemberitahuan anak kami tentang statusnya sebagai seorang homo merupakan
kesedihan bagi kami. Saya kira dengan memberi ultimatum untuk memilih keluarga
atau status homonya, ternyata ia lebih memilih statusnya. Dia mengatakan bahwa
bila kami tidak bisa menerima statusnya maka dia akan meninggalkan kami. Hal
ini lebih menyakitkan bagi saya daripada
ditusuk dengan sebilah pisau. Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan
kesedihan saya saat itu. Saya merasa malu dan begitu marah. Saya merasakan
seakan darah mengalir keluar dari sekujur tubuh saya. Saya pun jatuh ke lantai.
Dan tubuh saya kaku seperti es. Dalam hati saya merasakan bukan saja pernikahan
yang pecah juga anak yang paling dekat dengan saya ini dan menjadi pengharapan
satu-satunya dalam hidup saya telah memberontak kepada saya. Saya merasa sudah sampai
ke akhir hidup saya dan hidup saya terasa hancur. Saya sama sekali tidak punya
alasan untuk melanjutkan hidup. Maka saya memutuskan akan melakukan hal yang
tidak bisa dibayangkan yaitu mengakhiri hidup saya. Waktu itu saya belum diselamatkan.
Saya juga tidak tahu mengapa saya ingin sekali berjumpa dengan seorang pendeta.
Ia pernah memberikan saya sebuah traktat tentang homoseksualitas. Maka saya
tanpa pamit meninggalkan rumah. Saya pun membeli tiket KA dan pergi sendiri
untuk bertemu anak saya di kota Louisville,Kentucky, sesudah itu saya akan
bunuh diri. Dan saya hanya membawa sebuah dompet dan 1 traktat tadi. Saya pun
naik kereta menuju kota Louisville. Saya percaya bahwa dengan cara itu bisa
menyelesaikan semua kesedihan dan kesusahan hidup saya. Saya yang selama ini
tidak suka membaca namun dalam kereta saya bisa membaca habis traktat itu. Tuhan
telah membuka hati saya sehingga saya boleh mengerti isi hati Tuhan. Demi mengasihi
kita Ia dipakukan di atas kayu salib. Meskipun kita semua orang berdosa tetapi
Tuhan tetap tanpa syarat mengasihi kita. Kalau Tuhan tanpa syarat mengasihi saya
, maka saya harus mengasihi anak saya yang homo itu tanpa syarat. Saat tiba di
kota Louisville di belakang kereta ada nomor telepon sehingga saya menelpon dan
saya terhubung dengan ibu pendeta di suatu gereja. Ia membimbing saya selama 6
minggu dan mendorong saya membaca Alkitab. Saya terus menghabiskan waktu saya
membaca Firman Tuhan dan berdoa. Tadinya saya ke kota Louisville ingin mengakhiri
hidup saya dan sesungguhnya saya sudah melakukannya. Hari ini ayat Alkitab yang
saya sukai adalah dari Gal 2:20 namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup
di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup
oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
untuk aku.
Dr. Leon Yuan
6 minggu sesudahnya saya mendapat telpon dari ibu pendeta yang membimbing istri
saya. Ibu pendeta ini dengan penuh sukacita memberitahu,”Istrimu sudah percaya Tuhan
dan sudah datang kepada Tuhan dan diselamatkan.” Mendengarnya hati saya merasa tidak
senang. Saya katakan ,”Ini bukan kabar sukacita. Tetapi ini merupakan suatu
mimpi buruk bagi saya.” Karena saat ini Tuhan akan berdiri di sisi dia, maka
saya tidak bisa menang lagi dalam perselisihan dengan dia. Tetapi akhirnya saya
mengamati perubahannya bukan hanya pada hari Minggu saja, tetapi dalam berbagai
aspek Tuhan telah mengubahnya. Setiap pagi hari ,ia pasati berdoa dan membaca
Alkitab di kamarnya yang kecil itu, dengan iman yang begitu besar dan penuh
dorongan yang kuat. Setiap aspek kehidupannya sedang berubah. Yang saya rasakan
bahwa yang ia dapatkan bukan iman dari suatu agama, tetapi yang ia dapatkan
adalah hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus. Dan tanpa disadari Tuhan pun
bekerja dalam hati saya. Maka saya pun bersama istri saya pergi ke gereja. Kami
mempunyai seorang teman yang mengundang kami ikut dalam pemahaman Alkitab yang
disebut Bible Study Fellowship dan melalui firman Tuhan kami melihat cinta
kasihNya. Dan kerohanian kami pun mulai berakar. Firman Tuhan telah membuka
mata rohani saya. Tidak lama kemudian saya mempersembahkan hidup saya pada Tuhan
Yesus. Tuhan pula yang memulihkan pernikahan kami sehingga kami bisa memulihkan
pernikahan dan cinta kami yang semula itu. Dan jasmani dan rohani kami lebih
dekat lagi pada Tuhan. Ini merupakan persiapan dan pembekalan yang Tuhan
berikan kepada kami. Untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa
mendatang. Karena ternyata dia semakin jauh dari Tuhan.
Dr. Christopher Yuan
Saya sama dengan anak keturunan Tionghoa lainya. Saya dibesarkan dengan nilai
seperti mentaati orang tua, rajin sekolah, belajar piano dan lain-lain. Saya merasa
tidak cocok dengan banyak teman saya
lainnya. Tampang saya dan perilaku saya berbeda. Juga hal yang saya sukai
berbeda. Tuhan memberikan ke saya anugerah musik dan jiwa yang sensitif. Setan
tidak bisa mengambil anugerah tersebut tetapi menyelewangkan pandangan orang terhadap
karunia tersebut. Saya dianggap orang sebagi orang yang lemah gemulai. Pada usia
9 tahun saya mulai tertaik dengan sejenis. Ini karena menemukan media pornografi
di kamar saya. Saya bingung dan merasa takut. Saya baru berumur 9 tahun. Tidak
ada yang mengajarkan saya tentang seksualitas dan saya memiliki banyak
kebingungan. Dan saya dimiliki oleh nasib tersebut. Pornografi itu seperti bahan
bakar bagi nafsu saya. Pada umur 16 tahun saya melakukan hubungan sex. Tetapi
saya menyembunyikan perasaan saya sebagai tentara cadangan. Ketika umur saya
beranjak 20 , saya pergi diam-diam ke klub kaum gay. Lalu ketika saya pindah ke
Louisiville meneruskan pendidikan di kedokteran gigi, saya tidak lagi
menyembunyikan hal tersebut dan hidup terbuka sebagai seorang homo. Kebanyakan
uang saya, saya habiskan di klub orang gay. Dan saya bergerak dari hubungan
silih ganti karena ingin mencari kepuasan. Hal itu hanya sementara, tetapi saya
merasa kosong dan tidak puas. Maka saya beralih ke obat-obatan. Tidak semua gay
dan lesbian menggunakan obat-obatan dan bergonta-ganti pasangan. Tetapi itu
bagian dari saya.
Ini cerita saya sepenuhnya. Dan saya harap anda belajar, setelah menemui Kristus,
Ia akan mengubah anda. Maka saya berinteraksi dengan obat-obatan. Untuk itu saya
butuh uang. Kalau kecanduan obat-obatan saya perlu mencari uang. Maka saya
menjadi pengedar obat-obatan. Saya menjual ke teman-teman bahkan ke profesor
saya. Saya merasa bisa hidup sebagai 2 orang sekaligus yaitu menjadi mahasiswa SS
di pagi hari dan di malam hari menjadi pengedar obat-obatan. 3 bulan sebelum menerima
wisuda kedokteran saya, administasi sekolah mengeluarkan saya dari sekolah. Maka
orang tua saya terbang ke Louisville. Saya mengira mereka akan berjuang untuk
mempertahankan kuliah saya. Papa saya adalah orang yang terdidik dan mengenal
dekat dengan dekan sekolah tersebut. Apabila ia mengancam untuk mengadukan ke
polisi maka saya bisa meneruskan ijazah saya. Bukankah itu yang kita harapkan
dari orang tua? Tetapi saya begitu terkejut, ketika duduk di kantor dekan, mama
melihat ke dekan dan berkata, “Ini tidak penting bagi saya. Tidak penting bagi
saya ia jadi dokter gigi. Yang penting bagi saya, agar ia mengikuti Kristus!”
Dan mama mengatakan mereka akan
menyetujui apapun keputusan dari sekolah. Mama mengetahui yang lebih penting adalah
mengikuti Kristus dalam hidup mereka. Ini lebih penting dari kehidupan mereka
dan karir mereka. Tetapi fakta yang menyedihkan di hari Minggu banyak orang
datang melayani Tuhan, lalu mereka pulang dan melayani ilah-ilah lain seperti
ilah pendidikan, ilah karir, ilah uang dan sebenarnya kita mengikat anak kita
mengikuti ilah tersebut. Para orang tua di sini apakah anda lebih mengutamakan anak
menyelesaikan PR , mendapat nilai terbaik dan mendapat kuliah yang baik atau
apakah kalian menekankan yang paling penting mengenal dan mengikuti Yesus? Tidak
heran banyak orang muda pergi kuliah dan meninggalkan gereja? Karena mungkin mereka
tidak dididik melayani Tuhan dari awal. Ketika kita memikirkan hidup anak kita,
tidak ada yang lebih penting dari mengikut Tuhan Yesus. Tetapi saya sangat
tidak senang, ketika mama mengatakan demikian. Saya tidak merasa mama memihak
saya, ia memihak sekolah. Maka saya pergi menjauhi mereka ke kota Atlanta. Di
situ saya menjadi pengedar besar narkoba dalam komunitas orang gay. Saya bahkan
memasok narkoba ke lebih dari 12 negara bagian di AS. Dan hal yang mudah bagi
saya untuk berhubungan sex dengan beberapa orang pada satu hari yang sama.
Menurut standar dunia saya punya segalanya : terkenal, pamor dan sex. Saya telah menukarkan kemuliaan Tuhan
dengan kebohongan. Dan saya mengagumi ciptaan daripada Penciptanya sendiri.
Karena dalam hidup saya dan dunia ,sayalah Tuhan.
Angela Yuan
Dalam pertumbuhan hidup saya yang baru,. kami tidak menyadari anak kami
memakai dan bahkan mengedarkan narkoba. Kami hanya tahu ia perlu datang kepada Tuhan
dan diselamatkan. Maka saya memutuskan
dan bertekad untuk setiap hari mengirimkan Kartu Kekristenan ke penjara. Saya
isi penuh dengan kata-kata dorongan dan ayat-ayat Alkitab, lagu puji-pujian
bahkan dalam setiap kartu itu saya pasti menandatanganinya “Mama yang selamanya
mencintaimu”. Kemudian saya mengetahui ia tidak membacanya dan membuangnya
dalam sampah.
Dr. Leon Yuan
Dan karena anak kami tidak ingin pulang, maka kami berdua terbang ke Atlanta
menjenguknya. Tetapi keesokan harinya kami pun diusirnya. Sebelum kami
meninggalkan dia, maka lebih baik saya meninggalkan Alkitab pertama saya ke
dia. Namun dengan begitu marah ia berkata, “Saya tidak mau menggubris Alkitab
yang diberikanmu. Jangan bermimpi saya membaca Alkitab itu.” Setelah kami
keluar pintu, ia langsung membuang Alkitab itu ke tong sampah. Begitu jelas
kelihatan pemberontakan itu tidak bisa lagi diperdamaikan dan diselamatkan.
Dari sudut pandang duniawi, orang melihatnya tidak punya harapan lagi. Tetapi Tuhan
kita maha kuasa. Tuhan bisa melalui suatu mujizat mengubahkan anak kami. Maka
istri saya pun mengajukan suatu doa yang berani,”Oh Tuhan Engkau bisa melakukan
cara apapun asalkan anak yang terhilang ini Engkau bawa kembali ke sisiMu.” Hal
ini bagi seorang ibu Tionghoa merupakan doa yang begitu berani dan berisiko.
Meskipun kami menghadapi saat-saat yang sulit, tetapi tidak ada keputusasaan.
Kami hanya sepenuh hati menatap janji Tuhan. Di samping itu kami mempunyai
saudara-saudari seiman yang berdoa bagi dia di hadapan Tuhan.
Setelah itu selama 8 tahun setiap Senin istri saya berdoa puasa tak pernah
putus-putusnya. Ia berdoa 8 tahun seperti 8 hari. Bahkan suatu kali ia berdoa
puasa selama 39 hari. Setiap pagi ia berdoa dan membaca Alkitab di suatu ruang
kecil. Ia berlutut dan meratap, menangis dan berseru kepada Tuhan. Dan sering
ia mencatat isi dari doanya. Dan salah satunya yang ia doakan adalah :
Angela Yuan
Oh Tuhan aku mau berdiri di antara Engkau
dan anakku, sampai aku bisa memenangi peperangan ini. Oh Tuhan aku mau berdiri
di antara Engkau dan anakku. Setiap hari aku mau berdoa dengan sungguh-sungguh untuk
dia dan berseru kepadaMu. Aku hanya punya 1 permohonan. Jangan biarkan hatiku
goyah dan tawar hati. Bagaimana pun sulit dan sukarnya, saya pasti tidak
mungkin akan melepaskan anak ini. Oh Tuhan, Engkau juga pasti tidak akan
melepaskannnya. Meskipun setan dengan ribuan cara ingin menghancurkan anak ini
saya mau tetap bertahan sampai akhir. Saya mau sampai kapanpun setiap kali aku
berseru kepadaMu. Semua bebanku ini, semua ketakutan aku ini, dan semua air mataku
ini aku serahkan ke dalam tanganMu ya Tuhan. Selama 8 tahun saya bedoa dan
selama penantian itu, Tuhan sama sekali
tidak menjawab, tetapi Tuhan telah mendengar doaku, hanya tidak seturut dengan keinginanku.
Jawaban dia,”Aku mau engkau mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” Waktu saya
mengenang selama 8 tahun dan memohon Tuhan mengubahkannya, Tuhan sesungguhnya telah
membawa begitu besar perubahan. Hanya saja waktu anak kami berubah belum tiba.
Tuhan mau mengubahkan saya terlebih dahulu. Dia mau saya memiliki kehidupan saya
menjadi piala anugerah Tuhan yang bisa dilihat orang lain dan mengatakan, “Kita
hidup dalam dunia untuk membuktikan Tuhan yang mendengarkan doa, tetapi mau
supaya hidup kita menjadi monumen yang menyatakan anugerah Tuhan yang besar itu.
Dalam tahun penantian kami, Tuhan telah memimpin kami. Ia menuntun kami
selangkah demi selangkah dekat kepadaNya.
Dr. Christopher Yuan
Seringkali doa kita tidak langsung dijawab. Ini
adalah sialah satu dari situasi tersebut. Tetapi orang tua saya begitu setia
mendoa-syafaatkan saya. Seperti apa yang dikatakan dalam Alkitab, mama menggedor
pintu sorga bagi saya. Dia tahu hanya mujizat yang bisa mengembalikan anak yang
hilang kepada Bapaknya. Betul-betul mujizatlah yang terjadi. Mujizat ini
terjadi ketika pintu apartemen saya digedor. Waktu saya membuka pintu, ada 12
agen federal ,polisi lengkap dengan anjingnya. Saya baru saja menerima kiriman obat-obatan
yang terbesar yang pernah saya terima. Mereka pun menyita semua uang dan obat-obatan
yang saya miliki. Saya pun dipidana karena
memiliki lebih dari 9,1 ton marijuana,
mungkin saya akan dihukum 10 tahun di dalam penjara. Saya berpotensi menjadi
cendekiawan dalam masyarakat, lalu saya terbuang di antara sampah masyarakat
dalam pusat tahanan masyarakat tersebut. Saya berusaha menelpon teman-teman
saya dari pusat tahanan karena saya ingat mereka berkata kalau perlu apa-apa telepon
saja. Mereka lebih menyeret saya ke masalah. Tetapi saya tidak tahu ada mama yang
sedang berdoa bagi saya. Mama mengetahui jika saya mempunyai teman-teman
seperti itu, maka saya tidak akan pernah merasa perlu Tuhan dan orang tua saya.
Maka mama sangat senang berdoa dengan drastis. Maka itu ia berdoa bertahun-tahun
dengan rutin supaya Tuhan dengan caranya yang ajaib bekerja. Pada hari itu
semua teman itu hilang dari kehidupan saya. Hari itu tidak ada teman yang mau menerima
telpon dari saya. Doa seorang Ibu sangat mujarab. Maka saya melihat akhir dari doa
tersebut dan saya menelepon pulang.
Sebenarnya saya sangat tidak mau menelpon pulang,
karena mama akan marah. Tetapi kata pertama yang meluncur dari mama, “Anakku,
apakah kamu baik-baik saya?” Tidak ada hardikan. Tidak ada amarah. Hanya kasih
dan anugerah yang tanpa syarat. Rasul Paulus dalam Roma 2:4 mengatakan, “Maukah
engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan
hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun
engkau kepada pertobatan?”. Bukan amarah dari Allah. Bukan betul-betul
amarah dari Allah. Melainkan kemurahan hatiNya yang menuntut kita pada
pertobatan, pada hari yang begitu gelap itu bagi saya, Tuhan sedang menumpahkan
kasih dan anugerahNya kepada saya melalui kata-kata mama. Sebenarnya mama sangat
bersuka-cita menerima telepon saya. Karena selama bertahun-tahun saya tidak
pernah menelepon ke rumah dan dia tahu dengan sangat yakin bahwa ini adalah jawaban
Tuhan bagi semua doa-doanya! Maka dengan penuh terharu ketika menelpon, dia
ingat bahwa ia harus berbuat sesuai dengan lagu “Hitung Berkatmu. Hitung
satu-per satu berkatmu”. Apapun badai yang melanda mama, betapa pun sakit
hatinya, ia tahu bahwa ia harus menghitung berkat dalam hidupnya. Dan setelah
ia menutup telpon, di sebelahnya ada kalkulator. Ia mengambil sedikit kertas
struk dan menulis berkat pertama yang diterimanya, “Christopher berada dalam
tempat yang aman dibandingkan situasi sebelumnya, dan ia menelpon pulang untuk
pertama kalinya.” Sementara saya bertahun-tahun di penjara, mama terus menambahkan
berkat satu per satu. Mama menghitung
berkat yang diterimanya. Hari ini daftar berkat yang diterimanya lebih panjang
dan lebih tinggi dari segulungan kertas ini.
Beberapa hari kemudian, saat sedang berjalan di
dalam penjara, saya melewati sebuah tempat sampah. Bagi anda yang tidak pernah masuk
ke penjara tidak bisa membayangkan keadaannya. Tempat sampah di sana tidak tiap
hari dibersihkan, jadi sampah begitu menumpuk dan busuk baunya. Banyak lalat
yang mengitarinya. Saya melihat sampah
yang menggunung itu dan berkata pada diri saya sendiri,”Inilah hidup saya. Dari
orang yang menengah atas dalam hidup.” Bapa saya memiliki 2 gelar doktor. Saya
hanya 3 bulan dikeluarkan sebelum mendapat gelar doktor sendiri. Saya memiliki semua
yang diingini orang. Namun sekarang saya dikelilingi oleh narapidana, sampah
masyarakat. Dengan kepala tergantung saya mau berangkat pergi dari tempat
sampah. Tetapi ada sesuatu di atas tempat sampah yang menarik perhatian saya. Saya
mengambilnya. Itu adalah Kitab Perjanjian Baru cetakan Gideon. Saya mengambil
dan membawanya ke ruang sel tahanan. Saya membaca buku yang baik tersebut.
Untuk pertama kali saya menghabiskan injil Markus malam itu. Tetapi saya tidak
membaca dengan merasa ini adalah firman Tuhan. Saya tidak berharap ini menjadi
solusi bagi masalah saya. Saya hanya berpikir saya punya banyak sekali waktu
luang dalam pernajra dan harus memanfaatkannya. Tetapi kita tahu yang kita
miliki dalam Alkitab kita, bukanlah sekedar tinta di atas kertas saja. Yang ada
di dalam Alkitab kita adalah nafas Tuhan sendiri. Nafas yang hidup dan
berkuasa, yang begitu tajam dan yang sanggup memotong, menyayat hati yang keras
sekalipun ,menguakkan dosa dan ketidakpatuhan. Dan itu bukan hal yang indah
untuk dilihat. Saya merasa hidup saya tidak mungkin lebih buruk lagi dari ini.
Saya salah. Beberapa minggu kemudian saya dipanggil ke kantor suster. Ia
merantai kaki dan memborgol saya sehingga saya harus beringsut masuk ke kantornya.
Setelah saya masuk ia menutup pintu dan menyuruh saya duduk. Dia sepertinya sangat
tidak nyaman untuk mengatakan sesuatu. Ia bahkan tidak sanggup menatap mata
saya. Maka ia menuliskan sesuatu pada secarik kertas dan mendorongnya ke saya.
Saya melihat di atas kertas ada 3 huruf : HIV +!
Angela Yuan
Suatu sore menjelang hari Natal saya mendapat
telpon dari Christopher. Meskipun di balik telpon ada suara yang sangat gaduh,
tetapi saya bisa mendengar suaranya yang sangat lemah. Ia mengatakan kepada
saya,”Ma, saya telah terjangkit virus HIV.” Berita itu sangat menggemparkan dan
membuat saya susah sehingga tidak tahu mau berkata apa. Sejak saya mengetahui
anak kami melewati kehidupan seksualitasnya dan mimpi buruk yang paling saya
takuti bisa menghantui, sekarang mimpi buruk itu benar-benar terjadi. Anak kami
di penjarakan oleh pemerintah federal, tetapi sekarang pengumuman seperti ini
membuat saya begitu susah menerimanya. Setelah saya menutup telpon , saya
begitu susah hati. Dan pelan-pelan saya masuk ke dalam kamar doa saya, saya
berlutut di bawah salib. Saya menundukkan kepala. Kemudian satu lagu yang begitu
dikenal dan enak terngiang-ngiang dalam telinga saya yakni : “Nyamanlah Jiwaku” (It is well with my soul).
Dr. Christopher Yuan
Beberapa hari setelah saya menyampaikan kabar ke
rumah, saya bertanya-tanya dalam hati sendirian dalam sel tahanan. Dan saya
sedang membayangkan betapa hancurnya hidup saya sekarang. Saat itu saya sedang tidur-tiduran
di atas pembaringan. Saya melihat di atas tempat tidur saya, terdapat begitu
banyak coretan. Tetapi ada suatu tulisan di ujung yang berbeda dan menarik
perhatian saya. Apabila kamu sedang bosan, bacalah Yer 29:11. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan. Saat saya berada pada titik terendah dalam hidup,
Tuhan menggunakan kata-kata yang ditulis oleh seorang nabi ribuan tahun lalu
kepada negara yang begitu tidak patuh pada Tuhan yaitu negara Israel untuk
mengabarkan ke saya bahwa siapapun saya dan apapun yang sudah saya lakukan, Ia
masih mempunyai rancangan bagi saya. Saya tidak mengetahui rancangan itu
membawa saya kemana. Tetapi Tuhan memberi saya iman dan kekuatan untuk melewati
hari-hari itu. Saya pun berubah secara perlahan. Tuhan menghardik kesalahan dan
dosa saya satu per satu. Yang paling terlihat adalah kecanduan saya. Dalam
waktu beberapa bulan, Tuhan melepaskan saya dari kecanduan obat itu. Dan Tuhan terus
menyadarkan saya akan lebih banyak ilah lainnya. Dan Tuhan melepaskan saya dari
ketergantungan pada ilah-ilah tersebut. Tetapi ada satu ilah yang saya tidak
bisa lepaskan yaitu idenitas seksual saya.
Saya membaca Alkitab dan tahu bahwa Tuhan
mengasihi saya sepenuhnya. Di dalam Alkitab terdapat banyak ayat yang menuntut
kepada identitas seksual saya. Maka saya pergi ke pendeta penjara untuk meminta
pendapatnya . Saya ingin mengerti dengan lebih jelas. Maka saya bertanya kepadanya.
Seharusnya pendeta tersebut lebih mengerti dari saya. Tetapi saya kaget karena
pendeta ini mengatakan bahwa Alkitab tidak mengecam homoseksualitas. Ia mengambil
sebuah buku dari rak bukunya dan memberikannya ke saya. Menurutnya buku ini
akan menjelaskannya ke saya. Maka saya mengambil buku itu dengan penuh harapan yang
akan memberikan bukti bahwa di Alkitab homoseks itu boleh. Saya begitu heran sehingga saya buka buku itu di satu tangan dan Alkitab
di tangan yang lain. Dalam persepektif manusia, sebenarnya saya mudah saja percaya untuk apa yang
disampaikan buku itu, sehingga saya tidak bersalah dalam hidup saya sejauh ini.
Akan tetapi Roh Kudus Tuhan yang berdiam dalam diri saya, membuat saya sadar bahwa
cara pandangan ini menyelewengkan Tuhan dan firmanNya. Akhirnya saya bahkan tidak
bisa menghabiskan dan akhirnya mengembalikan buku itu, sehingga saya membuka
Alkitab saja. Dan yang saya harapkan setiap ayat dan bukti akan pandangan Alkitab
yang mendukung pandangan tentang homoseks. Dan yang saya harapkan saya
mendapatkan hubungan sejenis yang monogamis dan Tuhan akan memberkati hubungan
sejenis. Saya ingin menemukan hal itu sendiri dalam Alkitab. Maka saya membaca
Alkitab dari awal sampai akhir berkali-kali, saya mencari dan terus mencari namun
saya tidak pernah menemukannya. Jadi sekarang saya harus membuat keputusan : apakah
saya mau membuang Tuhan dan firmanNya untuk hidup sebagai seorang homo dan
mengikuti ketertarikan saya (agar ketertarikan itu bisa sejalan dengan hidup saya)
atau saya harus membuang impian saya untuk memiliki hubungan sejenis dengan
cara melepaskan diri dari ketertarikan saya dan dengan rmemutuskan ketertarikan
saya tidak boleh mendikte siapa saya sebenarnya dan hidup sebagai pengikut Kristus.
Putusan saya begitu jelas : saya mengikuti Yesus Kristus!
Hari dan bulan berganti dan saya terus menjauhi diri
dari hubungan seks. Saya telah sadar, seks bukan bagian inti dari identitas saya.
Saya mengatakan ke diri saya, “Tuhan mengasihi saya tanpa syarat” dan itu
betul. Tetapi kita sebagai orang berdosa suka menambahkan firman Tuhan. Tapi saya
mengambil kebenaran itu. Tuhan mengasihi saya tanpa syarat dan ia tidak minta
saya berubah. Dan saya yakin anda pernah mendengar bahwa Tuhan mengasihi saya
apa adanya maka kamu jangan mengganggu saya. Tetapi setelah belajar Alkitab
berkali-kali saya belajar sesuatu yang sangat penting yaitu kasih tanpa syarat
berbeda dengan mendukung sikap saya. Unconditional
love is not the same with unconditional approval. Identitas saya tidak
boleh didikte oleh apa yang menjadi ketertarikan saya. Identitas saya bukanlah gay, ex-gay , dan
bukan orang yang heteroseksual. Karena identitas saya sebagai anak Allah yang
hidup. Tuhan berkata kepada kita, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”. Dan saya
telah menyalahmengertikan, bahwa bila saya menjadi orang Kristen, saya harus
menjadi orang yang heteroseks. Bila saya tertarik dengan wanita maka saya lebih
baik sebagai orang Kristen. Tetapi saya baru sadar Alkitab tidak pernah
mengatakan heteroseks, karena saya heteroseks. Tetapi Tuhan tidak pernah
mengatakan jadilah homoseks. Saya sadar saya memiliki ketertarikan jenis dan tetap
harus menjauhi pencobaan. Saya tetap harus melawan dosa, maka ketertarikan sejenis bukanlah
tujuannya. Kebalikan dari homoseks bukanlah heteroseks. Kebalikan homoseks
adalah kekudusan. Yang menjadi kebalikan dari dosa apa pun adalah kekudusan.
Maka itu saya tidak harus berfokus apakah saya masih tertarik dan dicobai.
Tetapi saya harus fokus berusaha membina hidup yang kudus dan suci, karena
perubahan bukan karena tidak ada pencobaan. Perubahan terjadi ketika kita
dibebaskan untuk menjadi kudus. Bahkan di tengah pencobaan yang sangat besar.
Masalah yang paling pokok bukan apa yang saya lawan, bukan apa saya masih
dicobai, yang paling inti adalah saya rindu akan Tuhan dan saya berserah dan
patuh padaNya. Ketika saya menjalani hidup yang berserah dan patuh pada Tuhan,
maka Tuhan menurunkan rencanaNya dalam hidup saya. Dan Tuhan memanggil saya
menjadi pelayan penuh waktu ketika saya berada di penjara. Saya sadar tidak
peduli apakah saya di dalam atau diluar penjara, karena panggilan itu tetap akan
sama di mana pun lokasinya. Dengan hati yang sudah berubah, Tuhan bekerja lagi
dengan ajaib. Sehingga masa tahanan saya sebelumnya 6 tahun menjadi 3 tahun dan
ini tidak pernah terjadi dalam federasi AS. Sekarang saya hanya 1 tahun lagi menanti pembebasan masa tahanan.
Saya sadar kalau melayani Tuhan penuh waktu
setelah keluar dari penjara, maka saya harus banyak belajar tentang Alkitab daripada
yang saya ketahui. Maka saya menelpon orang tua. Saya berkata, “Saya rasa Tuhan
memanggil saya untu masuk STT”. Dan saya minta untuk dicarikan formulir pendaftaran
ke suatu tempat yang namanya Moody Bbile Institute. Dari seberang telpon saya hanya
mendengar keheningan. Mungkin karena mereka menjatuhkan gagang telepon. Ternyata
mereka mengirimkan formulir itu. Saya
begitu senang sehingga , langsung membuka formulir dan mengisinya. Sampai ke
halaman terakhir mereka meminta testimoni. Testomini ini harus datang dari
orang-orang yang mengenal saya satu tahun sebelumnya. Orang yang saya kenal selama
ini hanyalah orang-orang di dalam penjara. Maka saya akhirnya berhasil meminta
pendeta penjara, penjaga penjara dan sesama napi untuk menulis kesaksian dan
Moody menerima saya. Saya dilepas dari penjara bulan Juli 2001 dan sebulan kemudian saya mulai kuliah saya. Maka
itu bayangkan saya betapa terkejutnya teman saya ketika mereka bertanya kamu
ngapain selama liburan musin panas ini ? Saya lulus dari Moody Bible pada Mei 2005.
Saya menerima gelar Magiser dari Wheaton College pada tahun 2007 dan pada tahun
2014 saya menerima gelar doktor dari St. Paul.
Dan tahun 2011 saya merasa begitu terhormat bisa menulis buku
dengan mama dalam bahasa lnggris Out of a Far Country: A Gay Son’s Journey to
God, A Broken Mother’s Search for Hope dan
dalam bahasa
Mandarin “不再是我 (Bukan Aku Lagi)”. Mama dan
saya menulis buku ini bersama-sama. Mama menulis Bab 1 , Bab 2 saya dan
seterusnya. Mama menulis bab ganjil dan saya menulis bab genap. Saya ingin
menceritakan hal ini dengan suara kami sendiri, bagaimana bisa dilihat dari 2
sudut pandang yang berbeda yaitu dari sudut orang tua dan anak yang hilang.
Bagaimana Tuhan dalam kuasa dan anugerahNya membawa kami kembali. Di belakang
dari setiap buku itu , kami menulis diskusi karena kami tidak mau hanya
menceritakan pengalaman kami supaya orang-orang bisa membicarakan apa itu
homoseks yang lebih alkitabiah. Dan bahwa cerita kami lebih luas dari homoseks,
tetapi kesetian, orang tua dan anak yang hilang. Beberapa SMP dan SMA
menggunakan buku kami sebagai buku resmi. Ada orang tua yang membeli beberapa
buku sekaligus untuk menjadi bahan diskusi dalam keluarga mereka. Sebagai orang
Asia, kita sangat sulit membicarakan tentang seks dengan anak-anak. Tetapi bila
tidak mendidik anak kita, maka dunialah yang akan mendidik mereka. Dan dunia
tidak akan mendidik mereka tentang seks
yang alkitabiah. Dunia akan mengajarkan seks yang duniawi. Dan saya tahu berapa
banyak yang ingin melindungi anak terlalu dini. Tetapi pertanyaan yang benar,”Sedini
apa yang terlalu dini? Kapan akan terlambat?” Karena tanggung jawab untuk mendidik
seks bukan tanggung jawab pemerintah. Ini bukan tanggung jawab media. Tanggung
jawab mendidik seks bukanlah pekerjaan pendeta anda. Tetapi tanggung jawab pendidikan
seks adalah tanggung jawab orang tua. Sayangnya kita telah memberikan tanggung
jawab itu kepada pihak lain. Kita harus mengambilnya kembali tanggung jawab
itu. Setuju? Kalau tidak, anak kita
dijejali pandangan duniawi. Bahkan di kelas TK ada buku tentang transgender.
Maka itu tidak heran, anak muda kita kian lama kian bingun dan kehilangan arah.
Mereka membutuhkan panduan. Dan orang tua harus mengajarkan panduannya berupa firman
Tuhan!
Suatu hari ada seorang nenek yang kembali ke stand buku kami dan ia meinta
10 buku, saya berkata anda hanya perlu satu buku. Nenek itu berkata,”Bukan !! Saya perlu 10 buku. 1 buku untuk saya dan 9 lainnya
untuk cucu saya. Dan dia berkata bahwa ia ingin
mengirimkan buku-buku itu ke masing-masing cucunya dan ia akan membaca
buku itu dengan mereka. Itu anugerah yang diberikan Tuhan kepada dia. Kita
tidak bisa diam saja. Tetapi Tuhan bisa mengembalikan kepada kita tahun-tahun
yang sudah dimakan oleh belalang. Orang tua saya dan saya membicarakan tentang
seksualitas di seluruh dunia. Tuhan memberkati hidup kami dan membawa saya
kembali kepada Moody Bible College untuk mengajar di sana. Tuhan telah
memberikan kepada kami lebih banyak dari apa yang kami minta. Begitu banyak
tahun saya sudah jauh dari Kristus dan saya telah mengambil keputusan yang
sangat buruk. Keputusan-keputusan yang membawa saya kepada hukuman yang berat. Salah
satunya adalah HIV. Saya akhirnya menyadari, saya tidak berbeda dengan anda
semua. Kita memiliki hari yang terbatas. Tidak ada yang bisa memperpanjang
hidup. Saya terjangkit HIV dan menyadari sesuatu yang sangat penting, sebagai
anak Tuhan waktu saya hanya sedikit lagi di dunia. 2017 bisa saja terjadi bukan
ancaman dari virus, tetapi bisa dalam bentuk bencana atau lainnya. Dunia tidak
butuh seorang Kristen yang hanya baik-baik saja datang ke gereja. Orang-orang
baik yang tidak melakukan apa-apa untuk Kerajaan Surga. Yang dibutuhkan dunia
ini adalah orang Kristen yang luar biasa, yang tidak mau hidup begitu saja.
Orang Kristen yang telah disalib bersama Kristus dan hidup dalam ini. Orang
Kristen yang sadar bahwa hidup hanya sebentar lagi. Kita diciptakan dengan
tujuan tertentu. Kita ada bukan untuk dilayani tetapi melayani . Kita
diciptakan untuk tujuan yang agung. Suatu hari nanti, akan tiba waktunya, tidak
peduli apakah kita siap atau tidak. Apakah saat kita berdiri di depan Yang Maha
Kuasa, Dia akan berkata, “Baik sekali pelayanKu yang setia”?
Labels: gay, homoseks, ibu yang berdoa, kesaksian, narkoba, pertobatan