RICH WYLER Perubahan Hati: Dua Tahun Menjalani Terapi Penyembuhan
Diterjemahkan oleh Ong Po
Han. Tidak sepenuhnya diterjemahkan satu kata per satu kata dan sudah dibuat
penyesuaian yang saya anggap perlu. Kalau ada kesalahan terjemah atau tidak
dimengerti, mohon dimaafkan.
Rich Wyler mendirikan organisasi “People Can Change”
(Manusia Dapat Berubah) pada bulan September 2000 dan salah satu pendiri dari “Journey into
Manhood” (Perjalanan Menjadi Pria Sejati) yang terbit di akhir pekan Januari 2002. Dia bertugas sebagai direktur dari “People Can Change” dan
sebagai pelatih untuk
menjalani hidup secara professional. Dia adalah ayah dari seorang
putri yang sudah beranjak dewasa dan seorang
putra yang masih remaja. Menjadi duda pada tahun 2006 dan menikah kembali
pada tahun 2010 dan hidup bersama istri dan
keluarganya di Virginia. Dia bersedia dihubungi di alamat email : rich@peoplecanchange.com
atau rich@higherpathcoaching.com.
Pada
bulan Mei 1997, saya mengalami
kondisi krisis parah sehingga menjalani terapi penyembuhan. Istri
saya Marie telah menangkap kebohongan
yang menutupi kehidupan ganda saya. Tentunya kebohongan ini
akan menjadi yang terakhir. Kali ini ia pasti akan meninggalkan saya dan tidak pernah kembali, dengan membawa anak-anak
dengannya. Saya dilanda kepanikin.
Pertama kali memasuki
kantor ahli terapi (terapis) membuat saya tidak nyaman; namun kepanikan yang melanda pernikahan menutup segala kegelisahan
yang mungkin
saya alami selama menjalani terapi. Saya telah menemui seorang terapis, David, enam minggu
sebelumnya melalui kelompok swadaya untuk para pria yang berjuang mengatasi hasrat homoseksual
yang tidak diinginkan. Dialah
seorang pria pertama yang saya kenal yang berkata bahwa ia memiliki keinginan homoseksual tetapi telah mengatasinya.
Saya menemukan jalan
keluar yang memberi saya
kebahagiaan dan kedamaian melalui penyembuhan.
Terapi itu memberi rasa percaya diri
yang besar dan harapan. Saya telah membaca pelbagai tulisan dari
orang-orang yang membuat pernyataan
umum bahwa "Yang lain telah keluar dari kehidupan homoseks,
sehingga kamu juga bisa," namun
tidak ada yang menyebutkan siapa mantan gay tersebut sebenarnya sehingga selama bertahun-tahun saya telah meragukan kebenarannya. David adalah
orang pertama yang nyata dan
masih hidup yang pernah saya temui yang mengatakan,
"Saya merasa gay, dan berpikir akan menjalani hidup sebagai gay, namun saya
menemukan jalan keluar yang memberi saya kebahagiaan dan kedamaian dengan menyembuhkannya daripada membiarkannya." Saya benar-benar
tidak tahu apa artinya, tapi saya percaya bahwa ia,
lebih dari orang lain yang pernah kutemui, bisa membantu saya menemukan jalan
keluar dari lubang dalam tempat
saya berada .
Lubangnya sangat dalam.
Saya menjalani kehidupan yang
sangat munafik. Saya seorang suami dan ayah yang bahagia,
rutin ke gereja dan seorang
professional sukses, namun diam-diam kecanduan hubungan homoseks. Setelah
menjalaninya selama 14 tahun, saya menjadi
putus asa dan merasa yakin bahwa saya akan hidup seperti ini selama sisa hidup,
entah bagaimana berharap kedua kehidupan tersebut
tidak pernah bertabrakan dan menghancurkan saya.
Sekarang,
saat masuk kantor David, kehidupan rahasia saya terkuak. Saya bisa
melihat hidup saya akan runtuh. Bunuh diri menjadi pilihan yang semakin menarik.
Penyangkalan APA: Ini tidak akan berhasil dan
mungkin menyakitkan
Hal pertama yang saya lakukan pada
kunjungan pertama adalah menandatangani formulir dari American Psychological
Association (APA) : terapi penyembuhan
tidak terbukti. Di formulir tertulis sikap resmi APA : APA tidak
percaya adanya kemungkinan untuk mengubah orientasi seksual seseorang; Mencoba
melakukannya mungkin akan menimbulkan luka-batin. Ya, benar, pikirku, seolah-olah kehidupan ganda saya tidak menimbulkan luka-batin yang berat.
Saya tidak ingin mengakui diri sebagai gay; Saya ingin diakui sebagai pria sejati.
Saya membenci saran bahwa
satu-satunya solusi yang "benar"
secara politis bagi saya adalah meninggalkan istri dan anak-anak serta menceburkan diri
ke dalam kehidupan gay. Itu bukan hal yang saya inginkan. Saya punya kesempatan untuk
melakukannya sebelum saya bertemu Marie dan memiliki anak dengannya, ketika melangkah lebih jauh
- dan saya sadar bukan itu yang saya inginkan. Karena kencan dengan pria, memakai identitas sebagai gay, dan mencempurkan diri
ke kehidupan gay awalnya menggembirakan, namun
sesudahnya saya merasa semangat saya punah, menjauhkan diri
dari tujuan hidup, dari Allah dan keinginan
untuk memiliki tujuan yang lebih tinggi. Saya menyadari
bahwa saya tidak ingin dicap gay; Saya hanya ingin ditegaskan sebagai seorang pria.
Dalam
sesi pertama, saya memuntahkan
seluruh cerita apa adanya dan meninggalkan kekhawatiran. Dengan David saya merasa aman menceritakannya.
Saya tidak perlu khawatir meminta
persetujuannya atau konsekuensi dari membocorkan cerita
saya kepadanya. Dia menjawab dengan terus terang: "Hidupmu berantakan." Saya
terkejut dengan keterusterangannya, namun saya tahu ia benar. "Saya dapat secepatnya membantumu melalui krisis ini,"
katanya, "tetapi jika kamu
masih terlibat lebih jauh, kamu akan kembali ke sana
dan menunda pemulihan – bahkan dengan akibat yang lebih buruk
di kemudian hari. "
Saya
setuju. Hidup saya telah di dasar. Saya siap melakukan apa pun untuk menyelamatkan hidup saya.
Selama beberapa minggu berikutnya, saya praktis berlari ke kantor David setiap
Selasa malam, menemukan tempat yang aman dan pelipur lara di mana saya bisa mendapatkan
bantuan dan bimbingan atas rahasia tergelap dalam hidup saya. Saya berduka bersamanya mengatasi rasa
sakit yang saya timbulkan ke Marie , luka dan kemarahannya pada saya. Betapa leganya saya melihat tekad dan dengan harapan dari sumber baru yang saya
menemukan. Dia memutuskan untuk tidak meninggalkan saya - setidaknya belum.
Mengungkap Luka-Luka
Dalam
terapi, David dan saya menjelajahi seluruh penolakan dari kaum pria. Dalam sesi
terapi yang diadakan berurutan, saya menangis dan marah-marah. Herannya David mendorong untuk melampiaskan kemarahan
ini. Namun sebaliknya saya membeku, lumpuh ketakutan dan malu. Bukankah
marah itu buruk? Saya pikir, “Bukankah itu di luar
kendali?” Anak laki-laki yang baik tidak marah-marah. Dan yang terburuk,
mungkinkah mengungkapkan
diri dalam kondisi lumpuh? Tapi David mengajari saya bahwa kemarahan
dan rasa malu tersembunyi ibarat saya sedang menyalakan bom bunuh diri dan hal
itu membuat saya melampiaskannya secara seksual. Kemarahan
perlu diungkapkan dengan
benar. Hal ini perlu dihargai.
Sehingga kemarahan saya pun tumpah keluar: marah pada ayah yang secara emosi memeriksa
hidup saya; marah pada Mike Tukang Bully yang terus
mengejek saya di SMA; marah pada ibu yang mempermalukan kelaki-lakian saya;
sakit hati karena saya telah berputar-putar sepanjang hidup saya dan semuanya itu bisa
menyerang saya dari dalam. Dengan pembinaan David, saya membayangkan melawan,
mendepak ejekan, rasa malu dan penolakan dari hati saya, dan kemudian
menghancurkan mereka. Selama berbulan-bulan kami mengulangi proses ini, sampai akhirnya tidak ada lagi amarah
yang berkecamuk dalam diri saya. Akhirnya, setelah mengosongkan kemarahan seumur
hidup yang bercokol dalam jiwa yang terluka, saya siap untuk melepaskan dan memaafkan.
Di
lain waktu, David bersama saya menangani
siklus kecanduan saya. Kami menjelajahi secara mendalam
apa yang tampaknya memicu saya melakukannya yaitu stres, marah, takut, hampir
semua emosi tidak nyaman mengakibatkan
saya mencoba mencari penghiburan. Hal itu ibarat rangsangan narkoba untuk kegiatan
seksual terlarang. Saya bertekad untuk kembali ke
Sexaholics Anonymous, di mana saya pernah mulai membuat kemajuan dengan menghancurkan siklus kecanduan saya. Ketika
melakukannya dan memproses emosi saya secara mendalam dengan
David setiap minggu, siklus pertama melambat dan kemudian menciut.
Memasuki Dunia Kaum Pria
David
mengajarkan saya tentang melepas
pertahanan, dan saya melihat bagaimana menolak para pria
untuk melindungi diri agar
tidak terluka. Saya meneliti buku oleh Dr Joseph
Nicolosi, "Reparative Therapy of Pria Homoseksual Male" (Terapi Penyembuhan bagi Pria Homoseks) dan saya kagum saat menemukan profil psikologis saya yang tepat, tampaknya, pelepasan pertahanan dijelaskan
dalam bukunya.
David
menolong saya menguak pikiran dan hati saya terhadap kemungkinan menemukan laki-laki sejati yang bisa menolong dan mendukung saya sepanjang
minggu. Hal ini menakutkan, namun saya mendekati Martin, seorang pria di gereja saya sekitar delapan
tahun lebih tua dari saya, dan memintanya untuk menjadi mentor spiritual saya.
Dia langsung setuju. Dia tidak
tahu apa pun tentang homoseksualitas, tapi dia tahu tentang
Allah, dan ia tahu tentang rasa sakit, dan ia sangat ingin menolong saya.
Saya berbicara dengannya setidaknya seminggu sekali, kadang-kadang beberapa kali seminggu, membuka jiwaku.
Saya menelepon dia ketika saya tergoda untuk melakukannya. Saya
menelepon dia ketika saya tersandung, dan ia membantu mengangkat saya kembali.
Sukacita David melihat persahabatan
baru saya sangat kentara. "Saya berharap bisa bertemu dengannya!" dia berkata.
"Wah, kalau bisa, saya ingin membuat
duplikatnya untuk klien saya yang lain!"
Inilah yang saya sukai tentang David. Ia
memberitahukan secara terbuka kesalahan-kesalahan saya
dan kekeliruan yang merusak diri sendiri. Saya benar-benar merasa sukacita dengan
keberhasilan dan pertumbuhan saya. Saya sungguh-sungguh mencintaiya sebagai saudara
dengan cara yang tidak pernah saya
lakukan sebelumnya dalam hidup saya.
Namun
banyak kali saya membeku ketakutan saat coba menjangkau orang lain dalam persahabatan.
Saya yakin bahwa laki-laki heteroseksual tidak memiliki teman - bahkan tidak
membutuhkan teman. istri atau pacar seharusnya sudah cukup bagi mereka.
Tentu saja, papa saya tidak pernah punya teman, dan tidak pernah pergi ke mana pun untuk keperluan sosial tanpa ibu. Saya hanya bisa mengingat seorang teman dari ketiga
saudara lelaki saya. Bagaimana saya bisa mengandalkan laki-laki heteroseksual membantu dan menjadi
teman saya, untuk memenuhi kebutuhan saya untuk bersahabat dan mendapat pengakuan dari laki-laki? Saya
selalu percaya satu-satunya orang yang ingin berhubungan dengan
laki-laki lain adalah seorang gay.
David
menantang saya untuk membuka mata saya, untuk melihat melampaui persepsi saya yang berurat
berakar tersebut. "Jiwa Anda menuntut hubungan dengan laki-laki, dan keinginan yang AKAN
mengekspresikan dirinya sendiri dalam satu atau lain cara. Hal ini AKAN keluar.
Menekan keinginan ini hanya akan berhasil sementara
waktu, dan kemudian penghalangnya
akan pecah. Jika kamu tidak mengalami hubungan yang benar dan
intim secara platonis (cinta
tanpa melibatkan sentuhan fisik, murni hanya mengandalkan kedekatan hati), kebutuhan ini benar-benar akan mendorongmu untuk menemukannya secara seksual. Dengan demikian kebutuhan
akan terpenuhi. "
Dengan satu atau lain cara
kebutuhan akan terpenuhi.
Kata-kata
itu bergema
dalam diri saya: “Dengan satu atau lain cara, kebutuhan itu
akan terpenuhi.” Saya tahu itu benar bagi saya. Saya mendorong
diri saya untuk keluar dari tempat
persembunyiaan. Saya mulai lebih mengamati laki-laki
heteroseksual. Saya mulai melihat para pria keluar untuk makan bersama, pergi ke
bioskop bersama-sama, masuk
ke dalam kumpulan para pria, memperbaiki mobil
bersama-sama. Di pesta-pesta, saya melihat kelompok pria terpisah
dari wanita saat mereka tiba. Mereka sama-sama menonton pertandingan di TV saat mereka berbicara, atau berenang, atau kegiatan
lainnya.
Saya
menemukan dunia pria
seolah-olah untuk pertama kalinya. Saya akan datang ke
sesi terapi dengan David dan memberitahukan penemuan saya kepadanya dia karena saya
berusaha untuk memahami dan mengungkap dunia kaum pria. Kami berbicara
tentang hal-hal yang pria lakukan, bagaimana mereka berada di pesta-pesta,
bagaimana mereka satu sama lain dan dengan perempuan. Saya mulai memahami
mereka, bagaimana mereka
bersama sesama pria and wanita- maka sesekali saya merasa
tidak begitu berbeda dari mereka.
Salah
satu langkah yang paling menakutkan adalah saat meminta seorang pria
dari gereja saya, Richard, untuk mengajar saya untuk bermain basket. David
tidak menyarankan hal ini kepada saya, tapi rasa takut yang saya memiliki sekitar
olahraga tidak berkurang, dan sesuatu dalam diriku menuntut saya untuk menghadapi ketakutan
ini. Cukup sulit untuk mendekati Richard dan meminta dia untuk mengajari
saya, tapi untuk benar-benar muncul di lapangan basket untuk pelajaran pertama
saya bahkan lebih menakutkan. Saya jauh lebih malu karena ketidakahlian saya dalam bidang olahraga
daripada masa lalu homoseksual saya. Jadi saya membuat diriku benar-benar rentan
terhadap Richard dengan mengungkapkan kepadanya bahwa saya tidak tahu apa-apa
tentang bola basket.
Semua
ejekan dari sekolah pengganggu datang bergegas kembali!
Richard
melatih saya setiap Sabtu pagi selama beberapa minggu, dan saya melaporkan
keberhasilan dan ketakutan saya kembali ke David. Akhirnya, saya bergabung
Richard untuk beberapa permainan basket pick-up (mengangkat tangan untuk menghadang bola). Pertama kali melakukannya
membuat trauma; semua ejekan dari tukang bully di sekolah terbayang kembali.
Namun minggu depan lebih baik, dan seterusnya. Suatu kali, saya mengirim e-mail David
dengan bangga: "Saya bisa melakukan tembakan melompat untuk pertama
kalinya dalam hidup saya. Saya benar-benar melakukan tembakan melompat!!" Dia mengirim e-mail balasan bahwa ia
sangat senang untuk saya, dan dia bisa membayangkannya. Siapa lagi yang bisa memahami
pentingnya hal itu bagi seorang pria 36-tahun?
Saya seperti mereka; mereka
seperti saya! Saya adalah
seorang pria di antara kaum pria.
Saat kami terus bekerja
sama, David bercerita tentang organisasi pria yang disebut New
Warriors (Laskar Baru) yang melakukan pelatihan pengenalan akhir pekan secara intensif bagi kaum pria di
sebuah kamp gunung dua jam lagi. Untuk beberapa waktu saya merasa ragu saat ia
menyebutkan hal itu. Namun setelah rasa takut terhadap
laki-laki hilang, saya memutuskan untuk pergi. Rasanya seperti terbang ke kantornya setelah
sesi pertama saya pada akhir pekan bulan
Agustus 1998. "Mengagumkan!" Saya melaporkan. "Saya menemukan PRIA!" Saya
seperti mereka; mereka seperti saya! Saya adalah seorang pria di antara kaum pria. Kenyataan ini belum
pernah saya alami sebelumnya.
Masih terjadi banyak pasang
dan surut, terpeleset dan jatuh, keberanian dan rasa takut, tapi sekarang saya
punya banyak sumber kekuatan - David, Martin, Richard, sebuah "kelompok
integrasi" prajurit baru mingguan di komunitas saya, Sexaholics Anonymous dan selalu Marie ! Dia berdiri bersama saya,
mencintai saya dan mendorong saya ketika melihat perubahan nyata dalam hati
saya, bukan hanya perilaku saya.
Kepria-an Saya Sendiri
Dalam
beberapa bulan terakhir terapi dengan David, saya merasa bahwa kebutuhan saya
untuk terapi profesional akan
berakhir, saya mengambil perintah yang lebih besar dari
sesi-sesi itu untuk memastikan saya berurusan dengan semua yang memerlukan bantuannya: perasaan ditolak yang perlu saya lepaskan; rasa sakit yang perlu saya maafkan. Semakin banyak, saya datang ke sesi terapi yang menghasilkan sukacita
bukan lagi sakit hati, marah atau takut dan berbagi rasa atas identitas dan kekuasaan sebagai seorang
pria yang terus meningkat, memberitahukan persahabatan baru yang sedang saya bangun dan risiko baru yang saya ambil untuk
menguji kekuatan batin saya
yang meningkat.
Saat kami bersiap membagi caranya, suatu kali
David meminta saya berbaring di sofa sambil ia memainkan musik
lembut. Duduk di belakang saya, dia memeluk kepala dan bahu saya. "Kamu ADALAH
seorang pria," saya mendengar suara yang kuat dan meneguhkan.
"Kamu kuat. Kamu punya
kekuatan. Kamu telah menghancurkan kekuatan yang pernah mengikatmu pada jati diri ibumu.
Kamu telah
membuktikan diri sebagai seorang laki-laki di antara kaum pria. Para lelaki mengagumimu dan meneguhkanmu. Kamu salah satu
dari mereka. Kamu seorang suami dan ayah yang baik dan penuh kasih. Kamu
pria seutuhnya. Tidak sempurna, tapi kamu akan baik-baik saja dengan ketidaksempurnaanmu. Kamu pria seutuhnya. "
Air
mata mengalir turun ke wajah saya. Saya mempercayainya! Memang benar, dan akhirnya saya mengetahuinya. Saya pria seutuhnya!
Saya bukan lagi diinginkan para
pria secara seksual. Saya adalah salah satu dari mereka,
bukan lawan mereka. Saya tidak membutuhkan pria untuk menyempurnakan jati diri saya.
Ironisnya saya merasa
lebih terikat dan terhubung dengan para pria dan kedewasaan seorang pria seumur hidup saya. INIlah yang saya cari bertahun-tahun dari para pria itu. INIlah apa yang saya benar-benar inginkan – hubungan yang nyata ini, bukan suatu
khayalan semata. Hubungan dengan Tuhan. Hubungan dengan para pria.
Keutuhan dalam diri sendiri. Serasa jantungku hampir meledak keluar dari rongga dada dengan sukacita.
Saya melangkah keluar
kantor David terakhir kalinya pada 25 Agustus 1999, 27 bulan setelah saya
pertama kali melangkah masuk. Saya menjadi orang yang berbeda. Lebih kuat. Bahagia. Lebih membumi. Utuh. Saya sudah menyadari seks saya dan setia kepada istri selama dua tahun - dan telah menemukan
kedamaian dan sukacita dalam melakukannya.
Ketika
saya meninggalkan sesi terakhir, saya memeluk David erat. "Saya
mencintaimu," kataku. "Saya tidak akan pernah melupakan apa yang
telah Anda lakukan untuk saya." Dengan air mata di matanya, ia berkata,
"Saya juga mencintaimu." Saya akan mengambil hadiah yang diberikan David
dalam setiap hubungan dengan
yang lainnya mulai dari sekarang. Saya tidak
membutuhkan David sebagai terapis lagi, karena sekarang saya sudah berada dalam
hubungan yang jujur dengan orang lain. Saya bisa berteman. Saya bisa
meminta bantuan. Saya bisa menjadi apa adanya.
Dan
lebih dari apa pun, saya bisa mencintai. Saya telah belajar untuk mencintai dan
menerima cinta dari para pria
lain sebagai saudara, dan mempercayai mereka dengan
hati saya. Dalam hal ini, saya benar-benar telah menemukan apa yang saya cari
sepanjang hidup saya.
Catatan tambahan
Hubungan pernikahan saya dengan Marie
meningkat secara dramatis. Kami berdua jatuh cinta lebih dalam lagi dari sebelumnya.
Kami terus mengalami
percobaan-percobaan pribadi dan berjuang bersama. Namun Marie didiagnosa menderita kanker payudara
pada tahun 2000 danmeninggal pada akhir tahun 2006, setelah 18 tahun menikah. Saya
sangat bersyukur bahwa sepanjang paruh kedua pernikahan kami saya bisa menjadi
suami yang setia kepadanya seperti
seharusnya. Saya akan selalu berterima kasih
kepada wanita ini cantik yang mendampingi, percaya dan mendukung saya, dan dalam
banyak hal membantu saya menjadi pria seperti sekarang ini.
- Rich Wyler, 2010
Labels: gay, homoseks, kesaksian, pertobatan