Friday, May 12, 2017

Kristuslah Tuhan ,Bukan Aku Lagi (Kesaksian Dr. Christopher Yuan, Mantan Gay dan Pemakai-Pengedar Narkoba)


Pengantar Pdt. Stephen Tong

Leon Yuan (Yuan Li Yang),77 tahun, lebih muda 3 bulan dari Pdt. Stephen Tong merupakan ayah Dr. Christopher Yuan, memiliki 2 buah gelar doktor.
Angela Yuan (Jiang Lang Jin), ibu yang sangat agung, dengan tangis - air mata berdoa dan beseru kepada Tuhan. Ia berdoa selama 8 tahun dan Tuhan sungguh mendengar doanya dan telah menyelamatkan anaknya.
Baik Leon Yuan dan istrinya Angela membagikan kesaksian dalam bahasa Mandarin dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Dr Christopher Yuan masih sangat muda dan tampan menjadi dosen di STT Moody Bible Institue. Bagaimana mungkin dari seorang homo, menderita HIV+ menjadi dosen di sebuah STT? Ini kuasa besar dari Injil Tuhan. Dr Christopher Yuan menyampaikan kisahnya dalam bahasa Inggris secara bergantian dengan kedua orang tuanya.
Rachele yang menerjemahkan perkataan Dr. Christopher merupakan tamatan universitas di Australia  lalu kembali ke Indonesia. Ia diundang khusus sebagai penterjemah.

Pengantar dari brosur KKR-Kesaksian 2017 BUKAN AKU LAGI Dr. Christopher Yuan – Kesaksian dari homoseksual dan pengedar narkoba menjadi dosen.

Dr. Christopher Yuan mengajar di Moody Bible Institute selama 8 tahun. Dengan cara penafsiran Alkitab yang ketat, pengajarannya tentang topik yang berhubungan dengan seks kini telah menjangkau lima benua. Ia juga adalah pembicara pada berbagai acara konsultasi kekristenan di Amerika seperti Gospel Coalition, Ethics & Religious Liberty Commission, Inter Varsity’s Urbana dan Moody Pastors’ Conference, Men’s Conference. Selain itu, ia juga menjadi pembicara pada program pembinaan yang diadakan di perguruan tinggi maupun gereja, untuk topik yang berkaitan dengan homoseksualitas dan seks. Dr. Christopher Yuan pernah mendapatkan penghargaan sebagai salah seorang pemeran utama dalam film “Hope Positive” (pengindap AIDS yang selamat). Bersama ibunya, Jiang Lang Jin (Angela Yuan), mereka menulis memoar (BUKAN AKU LAGI : PERJALANAN PULANG SEORANG ANAK YANG HOMOSEKS DAN IBU YANG HATINYA HANCUR). Tahun 2005 ia lulus dari Moody Bible Institute, tahun 2007 mendapat gelar master di Wheaton College engan mengambil bidang Biblical Hermenuetics, dan tahun 2014 mendapatkan gelar Doctor of Ministry dari Bethel Bible Seminary. Orang tua dari Dr. Christopher Yuan yakni Dr. Yuan Li Yang dan Jiang Lang Jin adalah lulusan Tunghai University, Tiawan, yang kemudian melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Dr. Yuan mendapat gelar doktor di bidang kedokteran gigi serta mendapatkan izin praktek. Saat ini dia dan istrinya dengan aktif terlibat dalam pelayanan anak mereka.

Artikel ini merupakan hasil catatan dari Kebaktian Kesaksian yang disampaikan Dr. Christopher Yuan dengan kedua orang tuanya di Kateral Mesias RMCI pada hari Minggu, 7 Mei 2017 (pk 19-21). Artikel ini langsung diketik saat acara kesaksian dan tidak diperiksa (diedit) oleh Dr. Christopher Yuan dan Keluarga.

Kesaksian Dr. Christopher Yuan dan Keluarga. 

Dr. Leon Yuan  (papa Dr. Christopher Yuan)

Saat masih kecil, negara Amerika Serikat (AS) dalam benak saya ibarat sebuah kota dengan uang tumbuh di atas pohon. Saya pergi ke Amerika dan mendarat di pelabuhan New York pada tahun 1964. Pada malam hari itu saya menetap di rumah teman saya di sebuah daerah kumuh. Hari berikutnya adalah perayaan Halloween tanggal 31 Oktober. Saat itu saya melihat sekelompok anak kecil berkostum sangat aneh seperti setan dan mengetuk pintu rumah-rumah lalu berteriak “Trick or treat” kalau tidak dikasih gula mereka akan mengerjai. Ternyata pandangan saya mengenai AS salah. Angela adalah pacar saya sewaktu di universitas. Dia 1 tahun lebih muda dari saya. Pada tahun ke2 sesampai di Amerika saya menikahinya. Saya mengira dengan saling  mengasihi kami bisa membangun keluarga yang berbahagia. Namun tidak disangka , pandangan saya terhadap pernikahan pun keliru. Saya adalah seorang anak tunggal yang dilahirkan dalam suatu keluarga yang menganut pandangan tradisional. Saya menganggap berbakti kepada orang tua lebih penting dibanding kepada seorang istri. Saya mulai memikirkan bagaimana saya menyenangkan kedua pihak tapi ternyata saya tidak bisa menyenangkan satu pun. Saat itu saya belum Kristen. Maka terakumulasi-lah masalah dalam pernikahan kami. Akibatnya bencana dalam pernikahan kami tidak terhindarkan. Akhirnya dengan dukungan dari kedua anak kami , kami mulai proses perceraian setelah menikah selama 28 tahun. Pada tahun yang sama , tanggal 17 Mei anak kami kembali dari kuliah kedokteran gigi. Dan ia mengumumkan ke kami bahwa ia seorang homo. Tetapi karena hubungan kami sudah sedemikian mengecewakan itu, maka saya pun tidak sehati dengan istri saya dalam menghadapi tantangan yang begitu besar. Bukan saja saya tidak bersimpati dan menghibur dia, malah sebaliknya saya menyalahkan istri sehingga karenanya anak kami menjadi homo. Kami sudah tidak punya daya lagi dalam menolong anak kami. Keluarga kami diambang perpecahan. Kami ingin mencari kesenangan kami masing-masing dengan cara berpisah. Tetapi saya tidak menyangka respon istri saya berbeda dengan saya.

Angela Yuan (mama Dr. Christopher Yuan)

Pemberitahuan anak kami tentang statusnya sebagai seorang homo merupakan kesedihan bagi kami. Saya kira dengan memberi ultimatum untuk memilih keluarga atau status homonya, ternyata ia lebih memilih statusnya. Dia mengatakan bahwa bila kami tidak bisa menerima statusnya maka dia akan meninggalkan kami. Hal ini  lebih menyakitkan bagi saya daripada ditusuk dengan sebilah pisau. Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan kesedihan saya saat itu. Saya merasa malu dan begitu marah. Saya merasakan seakan darah mengalir keluar dari sekujur tubuh saya. Saya pun jatuh ke lantai. Dan tubuh saya kaku seperti es. Dalam hati saya merasakan bukan saja pernikahan yang pecah juga anak yang paling dekat dengan saya ini dan menjadi pengharapan satu-satunya dalam hidup saya telah memberontak kepada saya. Saya merasa sudah sampai ke akhir hidup saya dan hidup saya terasa hancur. Saya sama sekali tidak punya alasan untuk melanjutkan hidup. Maka saya memutuskan akan melakukan hal yang tidak bisa dibayangkan yaitu mengakhiri hidup saya. Waktu itu saya belum diselamatkan. Saya juga tidak tahu mengapa saya ingin sekali berjumpa dengan seorang pendeta. Ia pernah memberikan saya sebuah traktat tentang homoseksualitas. Maka saya tanpa pamit meninggalkan rumah. Saya pun membeli tiket KA dan pergi sendiri untuk bertemu anak saya di kota Louisville,Kentucky, sesudah itu saya akan bunuh diri. Dan saya hanya membawa sebuah dompet dan 1 traktat tadi. Saya pun naik kereta menuju kota Louisville. Saya percaya bahwa dengan cara itu bisa menyelesaikan semua kesedihan dan kesusahan hidup saya. Saya yang selama ini tidak suka membaca namun dalam kereta saya bisa membaca habis traktat itu. Tuhan telah membuka hati saya sehingga saya boleh mengerti isi hati Tuhan. Demi mengasihi kita Ia dipakukan di atas kayu salib. Meskipun kita semua orang berdosa tetapi Tuhan tetap tanpa syarat mengasihi kita. Kalau Tuhan tanpa syarat mengasihi saya , maka saya harus mengasihi anak saya yang homo itu tanpa syarat. Saat tiba di kota Louisville di belakang kereta ada nomor telepon sehingga saya menelpon dan saya terhubung dengan ibu pendeta di suatu gereja. Ia membimbing saya selama 6 minggu dan mendorong saya membaca Alkitab. Saya terus menghabiskan waktu saya membaca Firman Tuhan dan berdoa. Tadinya saya ke kota Louisville ingin mengakhiri hidup saya dan sesungguhnya saya sudah melakukannya. Hari ini ayat Alkitab yang saya sukai adalah dari Gal 2:20 namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.  

Dr. Leon Yuan

6 minggu sesudahnya saya mendapat telpon dari ibu pendeta yang membimbing istri saya. Ibu pendeta ini dengan penuh sukacita memberitahu,”Istrimu sudah percaya Tuhan dan sudah datang kepada Tuhan dan diselamatkan.” Mendengarnya hati saya merasa tidak senang. Saya katakan ,”Ini bukan kabar sukacita. Tetapi ini merupakan suatu mimpi buruk bagi saya.” Karena saat ini Tuhan akan berdiri di sisi dia, maka saya tidak bisa menang lagi dalam perselisihan dengan dia. Tetapi akhirnya saya mengamati perubahannya bukan hanya pada hari Minggu saja, tetapi dalam berbagai aspek Tuhan telah mengubahnya. Setiap pagi hari ,ia pasati berdoa dan membaca Alkitab di kamarnya yang kecil itu, dengan iman yang begitu besar dan penuh dorongan yang kuat. Setiap aspek kehidupannya sedang berubah. Yang saya rasakan bahwa yang ia dapatkan bukan iman dari suatu agama, tetapi yang ia dapatkan adalah hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus. Dan tanpa disadari Tuhan pun bekerja dalam hati saya. Maka saya pun bersama istri saya pergi ke gereja. Kami mempunyai seorang teman yang mengundang kami ikut dalam pemahaman Alkitab yang disebut Bible Study Fellowship dan melalui firman Tuhan kami melihat cinta kasihNya. Dan kerohanian kami pun mulai berakar. Firman Tuhan telah membuka mata rohani saya. Tidak lama kemudian saya mempersembahkan hidup saya pada Tuhan Yesus. Tuhan pula yang memulihkan pernikahan kami sehingga kami bisa memulihkan pernikahan dan cinta kami yang semula itu. Dan jasmani dan rohani kami lebih dekat lagi pada Tuhan. Ini merupakan persiapan dan pembekalan yang Tuhan berikan kepada kami. Untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa mendatang. Karena ternyata dia semakin jauh dari Tuhan.

Dr. Christopher Yuan

Saya sama dengan anak keturunan Tionghoa lainya. Saya dibesarkan dengan nilai seperti mentaati orang tua, rajin sekolah, belajar piano dan lain-lain. Saya merasa tidak cocok dengan  banyak teman saya lainnya. Tampang saya dan perilaku saya berbeda. Juga hal yang saya sukai berbeda. Tuhan memberikan ke saya anugerah musik dan jiwa yang sensitif. Setan tidak bisa mengambil anugerah tersebut tetapi menyelewangkan pandangan orang terhadap karunia tersebut. Saya dianggap orang sebagi orang yang lemah gemulai. Pada usia 9 tahun saya mulai tertaik dengan sejenis. Ini karena menemukan media pornografi di kamar saya. Saya bingung dan merasa takut. Saya baru berumur 9 tahun. Tidak ada yang mengajarkan saya tentang seksualitas dan saya memiliki banyak kebingungan. Dan saya dimiliki oleh nasib tersebut. Pornografi itu seperti bahan bakar bagi nafsu saya. Pada umur 16 tahun saya melakukan hubungan sex. Tetapi saya menyembunyikan perasaan saya sebagai tentara cadangan. Ketika umur saya beranjak 20 , saya pergi diam-diam ke klub kaum gay. Lalu ketika saya pindah ke Louisiville meneruskan pendidikan di kedokteran gigi, saya tidak lagi menyembunyikan hal tersebut dan hidup terbuka sebagai seorang homo. Kebanyakan uang saya, saya habiskan di klub orang gay. Dan saya bergerak dari hubungan silih ganti karena ingin mencari kepuasan. Hal itu hanya sementara, tetapi saya merasa kosong dan tidak puas. Maka saya beralih ke obat-obatan. Tidak semua gay dan lesbian menggunakan obat-obatan dan bergonta-ganti pasangan. Tetapi itu bagian dari saya.

Ini cerita saya sepenuhnya. Dan saya harap anda belajar, setelah menemui Kristus, Ia akan mengubah anda. Maka saya berinteraksi dengan obat-obatan. Untuk itu saya butuh uang. Kalau kecanduan obat-obatan saya perlu mencari uang. Maka saya menjadi pengedar obat-obatan. Saya menjual ke teman-teman bahkan ke profesor saya. Saya merasa bisa hidup sebagai 2 orang sekaligus yaitu menjadi mahasiswa SS di pagi hari dan di malam hari menjadi pengedar obat-obatan. 3 bulan sebelum menerima wisuda kedokteran saya, administasi sekolah mengeluarkan saya dari sekolah. Maka orang tua saya terbang ke Louisville. Saya mengira mereka akan berjuang untuk mempertahankan kuliah saya. Papa saya adalah orang yang terdidik dan mengenal dekat dengan dekan sekolah tersebut. Apabila ia mengancam untuk mengadukan ke polisi maka saya bisa meneruskan ijazah saya. Bukankah itu yang kita harapkan dari orang tua? Tetapi saya begitu terkejut, ketika duduk di kantor dekan, mama melihat ke dekan dan berkata, “Ini tidak penting bagi saya. Tidak penting bagi saya ia jadi dokter gigi. Yang penting bagi saya, agar ia mengikuti Kristus!” Dan mama mengatakan  mereka akan menyetujui apapun keputusan dari sekolah. Mama mengetahui yang lebih penting adalah mengikuti Kristus dalam hidup mereka. Ini lebih penting dari kehidupan mereka dan karir mereka. Tetapi fakta yang menyedihkan di hari Minggu banyak orang datang melayani Tuhan, lalu mereka pulang dan melayani ilah-ilah lain seperti ilah pendidikan, ilah karir, ilah uang dan sebenarnya kita mengikat anak kita mengikuti ilah tersebut. Para orang tua di sini apakah anda lebih mengutamakan anak menyelesaikan PR , mendapat nilai terbaik dan mendapat kuliah yang baik atau apakah kalian menekankan yang paling penting mengenal dan mengikuti Yesus? Tidak heran banyak orang muda pergi kuliah dan meninggalkan gereja? Karena mungkin mereka tidak dididik melayani Tuhan dari awal. Ketika kita memikirkan hidup anak kita, tidak ada yang lebih penting dari mengikut Tuhan Yesus. Tetapi saya sangat tidak senang, ketika mama mengatakan demikian. Saya tidak merasa mama memihak saya, ia memihak sekolah. Maka saya pergi menjauhi mereka ke kota Atlanta. Di situ saya menjadi pengedar besar narkoba dalam komunitas orang gay. Saya bahkan memasok narkoba ke lebih dari 12 negara bagian di AS. Dan hal yang mudah bagi saya untuk berhubungan sex dengan beberapa orang pada satu hari yang sama. Menurut standar dunia saya punya segalanya : terkenal, pamor dan  sex. Saya telah menukarkan kemuliaan Tuhan dengan kebohongan. Dan saya mengagumi ciptaan daripada Penciptanya sendiri. Karena dalam hidup saya dan dunia ,sayalah Tuhan.

Angela Yuan

Dalam pertumbuhan hidup saya yang baru,. kami tidak menyadari anak kami memakai dan bahkan mengedarkan narkoba. Kami hanya tahu ia perlu datang kepada Tuhan dan diselamatkan.  Maka saya memutuskan dan bertekad untuk setiap hari mengirimkan Kartu Kekristenan ke penjara. Saya isi penuh dengan kata-kata dorongan dan ayat-ayat Alkitab, lagu puji-pujian bahkan dalam setiap kartu itu saya pasti menandatanganinya “Mama yang selamanya mencintaimu”. Kemudian saya mengetahui ia tidak membacanya dan membuangnya dalam sampah.

Dr. Leon Yuan

Dan karena anak kami tidak ingin pulang, maka kami berdua terbang ke Atlanta menjenguknya. Tetapi keesokan harinya kami pun diusirnya. Sebelum kami meninggalkan dia, maka lebih baik saya meninggalkan Alkitab pertama saya ke dia. Namun dengan begitu marah ia berkata, “Saya tidak mau menggubris Alkitab yang diberikanmu. Jangan bermimpi saya membaca Alkitab itu.” Setelah kami keluar pintu, ia langsung membuang Alkitab itu ke tong sampah. Begitu jelas kelihatan pemberontakan itu tidak bisa lagi diperdamaikan dan diselamatkan. Dari sudut pandang duniawi, orang melihatnya tidak punya harapan lagi. Tetapi Tuhan kita maha kuasa. Tuhan bisa melalui suatu mujizat mengubahkan anak kami. Maka istri saya pun mengajukan suatu doa yang berani,”Oh Tuhan Engkau bisa melakukan cara apapun asalkan anak yang terhilang ini Engkau bawa kembali ke sisiMu.” Hal ini bagi seorang ibu Tionghoa merupakan doa yang begitu berani dan berisiko. Meskipun kami menghadapi saat-saat yang sulit, tetapi tidak ada keputusasaan. Kami hanya sepenuh hati menatap janji Tuhan. Di samping itu kami mempunyai saudara-saudari seiman yang berdoa bagi dia di hadapan Tuhan.

Setelah itu selama 8 tahun setiap Senin istri saya berdoa puasa tak pernah putus-putusnya. Ia berdoa 8 tahun seperti 8 hari. Bahkan suatu kali ia berdoa puasa selama 39 hari. Setiap pagi ia berdoa dan membaca Alkitab di suatu ruang kecil. Ia berlutut dan meratap, menangis dan berseru kepada Tuhan. Dan sering ia mencatat isi dari doanya. Dan salah satunya yang ia doakan adalah :

Angela Yuan

Oh Tuhan aku  mau berdiri di antara Engkau dan anakku, sampai aku bisa memenangi peperangan ini. Oh Tuhan aku mau berdiri di antara Engkau dan anakku. Setiap hari aku mau berdoa dengan sungguh-sungguh untuk dia dan berseru kepadaMu. Aku hanya punya 1 permohonan. Jangan biarkan hatiku goyah dan tawar hati. Bagaimana pun sulit dan sukarnya, saya pasti tidak mungkin akan melepaskan anak ini. Oh Tuhan, Engkau juga pasti tidak akan melepaskannnya. Meskipun setan dengan ribuan cara ingin menghancurkan anak ini saya mau tetap bertahan sampai akhir. Saya mau sampai kapanpun setiap kali aku berseru kepadaMu. Semua bebanku ini, semua ketakutan aku ini, dan semua air mataku ini aku serahkan ke dalam tanganMu ya Tuhan. Selama 8 tahun saya bedoa dan selama  penantian itu, Tuhan sama sekali tidak menjawab, tetapi Tuhan telah mendengar doaku, hanya tidak seturut dengan keinginanku. Jawaban dia,”Aku mau engkau mengetahui bahwa Akulah Tuhan.” Waktu saya mengenang selama 8 tahun dan memohon Tuhan mengubahkannya, Tuhan sesungguhnya telah membawa begitu besar perubahan. Hanya saja waktu anak kami berubah belum tiba. Tuhan mau mengubahkan saya terlebih dahulu. Dia mau saya memiliki kehidupan saya menjadi piala anugerah Tuhan yang bisa dilihat orang lain dan mengatakan, “Kita hidup dalam dunia untuk membuktikan Tuhan yang mendengarkan doa, tetapi mau supaya hidup kita menjadi monumen yang menyatakan anugerah Tuhan yang besar itu. Dalam tahun penantian kami, Tuhan telah memimpin kami. Ia menuntun kami selangkah demi selangkah dekat kepadaNya.

Dr. Christopher Yuan

Seringkali doa kita tidak langsung dijawab. Ini adalah sialah satu dari situasi tersebut. Tetapi orang tua saya begitu setia mendoa-syafaatkan saya. Seperti apa yang dikatakan dalam Alkitab, mama menggedor pintu sorga bagi saya. Dia tahu hanya mujizat yang bisa mengembalikan anak yang hilang kepada Bapaknya. Betul-betul mujizatlah yang terjadi. Mujizat ini terjadi ketika pintu apartemen saya digedor. Waktu saya membuka pintu, ada 12 agen federal ,polisi lengkap dengan anjingnya. Saya baru saja menerima kiriman obat-obatan yang terbesar yang pernah saya terima. Mereka pun menyita semua uang dan obat-obatan yang saya miliki. Saya pun  dipidana karena memiliki lebih  dari 9,1 ton marijuana, mungkin saya akan dihukum 10 tahun di dalam penjara. Saya berpotensi menjadi cendekiawan dalam masyarakat, lalu saya terbuang di antara sampah masyarakat dalam pusat tahanan masyarakat tersebut. Saya berusaha menelpon teman-teman saya dari pusat tahanan karena saya ingat mereka berkata kalau perlu apa-apa telepon saja. Mereka lebih menyeret saya ke masalah. Tetapi saya tidak tahu ada mama yang sedang berdoa bagi saya. Mama mengetahui jika saya mempunyai teman-teman seperti itu, maka saya tidak akan pernah merasa perlu Tuhan dan orang tua saya. Maka mama sangat senang berdoa dengan drastis. Maka itu ia berdoa bertahun-tahun dengan rutin supaya Tuhan dengan caranya yang ajaib bekerja. Pada hari itu semua teman itu hilang dari kehidupan saya. Hari itu tidak ada teman yang mau menerima telpon dari saya. Doa seorang Ibu sangat mujarab. Maka saya melihat akhir dari doa tersebut dan saya menelepon pulang.
Sebenarnya saya sangat tidak mau menelpon pulang, karena mama akan marah. Tetapi kata pertama yang meluncur dari mama, “Anakku, apakah kamu baik-baik saya?” Tidak ada hardikan. Tidak ada amarah. Hanya kasih dan anugerah yang tanpa syarat. Rasul Paulus dalam Roma 2:4 mengatakan, “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”. Bukan amarah dari Allah. Bukan betul-betul amarah dari Allah. Melainkan kemurahan hatiNya yang menuntut kita pada pertobatan, pada hari yang begitu gelap itu bagi saya, Tuhan sedang menumpahkan kasih dan anugerahNya kepada saya melalui kata-kata mama. Sebenarnya mama sangat bersuka-cita menerima telepon saya. Karena selama bertahun-tahun saya tidak pernah menelepon ke rumah dan dia tahu dengan sangat yakin bahwa ini adalah jawaban Tuhan bagi semua doa-doanya! Maka dengan penuh terharu ketika menelpon, dia ingat bahwa ia harus berbuat sesuai dengan lagu “Hitung Berkatmu. Hitung satu-per satu berkatmu”. Apapun badai yang melanda mama, betapa pun sakit hatinya, ia tahu bahwa ia harus menghitung berkat dalam hidupnya. Dan setelah ia menutup telpon, di sebelahnya ada kalkulator. Ia mengambil sedikit kertas struk dan menulis berkat pertama yang diterimanya, “Christopher berada dalam tempat yang aman dibandingkan situasi sebelumnya, dan ia menelpon pulang untuk pertama kalinya.” Sementara saya bertahun-tahun di penjara, mama terus menambahkan berkat satu per satu.  Mama menghitung berkat yang diterimanya. Hari ini daftar berkat yang diterimanya lebih panjang dan lebih tinggi dari segulungan kertas ini.
Beberapa hari kemudian, saat sedang berjalan di dalam penjara, saya melewati sebuah tempat sampah. Bagi anda yang tidak pernah masuk ke penjara tidak bisa membayangkan keadaannya. Tempat sampah di sana tidak tiap hari dibersihkan, jadi sampah begitu menumpuk dan busuk baunya. Banyak lalat yang  mengitarinya. Saya melihat sampah yang menggunung itu dan berkata pada diri saya sendiri,”Inilah hidup saya. Dari orang yang menengah atas dalam hidup.” Bapa saya memiliki 2 gelar doktor. Saya hanya 3 bulan dikeluarkan sebelum mendapat gelar doktor sendiri. Saya memiliki semua yang diingini orang. Namun sekarang saya dikelilingi oleh narapidana, sampah masyarakat. Dengan kepala tergantung saya mau berangkat pergi dari tempat sampah. Tetapi ada sesuatu di atas tempat sampah yang menarik perhatian saya. Saya mengambilnya. Itu adalah Kitab Perjanjian Baru cetakan Gideon. Saya mengambil dan membawanya ke ruang sel tahanan. Saya membaca buku yang baik tersebut. Untuk pertama kali saya menghabiskan injil Markus malam itu. Tetapi saya tidak membaca dengan merasa ini adalah firman Tuhan. Saya tidak berharap ini menjadi solusi bagi masalah saya. Saya hanya berpikir saya punya banyak sekali waktu luang dalam pernajra dan harus memanfaatkannya. Tetapi kita tahu yang kita miliki dalam Alkitab kita, bukanlah sekedar tinta di atas kertas saja. Yang ada di dalam Alkitab kita adalah nafas Tuhan sendiri. Nafas yang hidup dan berkuasa, yang begitu tajam dan yang sanggup memotong, menyayat hati yang keras sekalipun ,menguakkan dosa dan ketidakpatuhan. Dan itu bukan hal yang indah untuk dilihat. Saya merasa hidup saya tidak mungkin lebih buruk lagi dari ini. Saya salah. Beberapa minggu kemudian saya dipanggil ke kantor suster. Ia merantai kaki dan memborgol saya sehingga saya harus beringsut masuk ke kantornya. Setelah saya masuk ia menutup pintu dan menyuruh saya duduk. Dia sepertinya sangat tidak nyaman untuk mengatakan sesuatu. Ia bahkan tidak sanggup menatap mata saya. Maka ia menuliskan sesuatu pada secarik kertas dan mendorongnya ke saya. Saya melihat di atas kertas ada 3 huruf : HIV +!

Angela Yuan

Suatu sore menjelang hari Natal saya mendapat telpon dari Christopher. Meskipun di balik telpon ada suara yang sangat gaduh, tetapi saya bisa mendengar suaranya yang sangat lemah. Ia mengatakan kepada saya,”Ma, saya telah terjangkit virus HIV.” Berita itu sangat menggemparkan dan membuat saya susah sehingga tidak tahu mau berkata apa. Sejak saya mengetahui anak kami melewati kehidupan seksualitasnya dan mimpi buruk yang paling saya takuti bisa menghantui, sekarang mimpi buruk itu benar-benar terjadi. Anak kami di penjarakan oleh pemerintah federal, tetapi sekarang pengumuman seperti ini membuat saya begitu susah menerimanya. Setelah saya menutup telpon , saya begitu susah hati. Dan pelan-pelan saya masuk ke dalam kamar doa saya, saya berlutut di bawah salib. Saya menundukkan kepala. Kemudian satu lagu yang begitu dikenal dan enak terngiang-ngiang dalam telinga saya yakni :  “Nyamanlah Jiwaku” (It is well with my soul).

Dr. Christopher Yuan

Beberapa hari setelah saya menyampaikan kabar ke rumah, saya bertanya-tanya dalam hati sendirian dalam sel tahanan. Dan saya sedang membayangkan betapa hancurnya  hidup saya sekarang. Saat itu saya sedang tidur-tiduran di atas pembaringan. Saya melihat di atas tempat tidur saya, terdapat begitu banyak coretan. Tetapi ada suatu tulisan di ujung yang berbeda dan menarik perhatian saya. Apabila kamu sedang bosan, bacalah Yer 29:11. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Saat saya berada pada titik terendah dalam hidup, Tuhan menggunakan kata-kata yang ditulis oleh seorang nabi ribuan tahun lalu kepada negara yang begitu tidak patuh pada Tuhan yaitu negara Israel untuk mengabarkan ke saya bahwa siapapun saya dan apapun yang sudah saya lakukan, Ia masih mempunyai rancangan bagi saya. Saya tidak mengetahui rancangan itu membawa saya kemana. Tetapi Tuhan memberi saya iman dan kekuatan untuk melewati hari-hari itu. Saya pun berubah secara perlahan. Tuhan menghardik kesalahan dan dosa saya satu per satu. Yang paling terlihat adalah kecanduan saya. Dalam waktu beberapa bulan, Tuhan melepaskan saya dari kecanduan obat itu. Dan Tuhan terus menyadarkan saya akan lebih banyak ilah lainnya. Dan Tuhan melepaskan saya dari ketergantungan pada ilah-ilah tersebut. Tetapi ada satu ilah yang saya tidak bisa lepaskan yaitu idenitas seksual saya.
Saya membaca Alkitab dan tahu bahwa Tuhan mengasihi saya sepenuhnya. Di dalam Alkitab terdapat banyak ayat yang menuntut kepada identitas seksual saya. Maka saya pergi ke pendeta penjara untuk meminta pendapatnya . Saya ingin mengerti dengan lebih jelas. Maka saya bertanya kepadanya. Seharusnya pendeta tersebut lebih mengerti dari saya. Tetapi saya kaget karena pendeta ini mengatakan bahwa Alkitab tidak mengecam homoseksualitas. Ia mengambil sebuah buku dari rak bukunya dan memberikannya ke saya. Menurutnya buku ini akan menjelaskannya ke saya. Maka saya mengambil buku itu dengan penuh harapan yang akan memberikan bukti bahwa di Alkitab homoseks itu boleh. Saya begitu  heran sehingga  saya buka buku itu di satu tangan dan Alkitab di tangan yang lain. Dalam persepektif manusia,  sebenarnya saya mudah saja percaya untuk apa yang disampaikan buku itu, sehingga saya tidak bersalah dalam hidup saya sejauh ini. Akan tetapi Roh Kudus Tuhan yang berdiam dalam diri saya, membuat saya sadar bahwa cara pandangan ini menyelewengkan Tuhan dan firmanNya. Akhirnya saya bahkan tidak bisa menghabiskan dan akhirnya mengembalikan buku itu, sehingga saya membuka Alkitab saja. Dan yang saya harapkan setiap ayat dan bukti akan pandangan Alkitab yang mendukung pandangan tentang homoseks. Dan yang saya harapkan saya mendapatkan hubungan sejenis yang monogamis dan Tuhan akan memberkati hubungan sejenis. Saya ingin menemukan hal itu sendiri dalam Alkitab. Maka saya membaca Alkitab dari awal sampai akhir berkali-kali, saya mencari dan terus mencari namun saya tidak pernah menemukannya. Jadi sekarang saya harus membuat keputusan : apakah saya mau membuang Tuhan dan firmanNya untuk hidup sebagai seorang homo dan mengikuti ketertarikan saya (agar ketertarikan itu bisa sejalan dengan hidup saya) atau saya harus membuang impian saya untuk memiliki hubungan sejenis dengan cara melepaskan diri dari ketertarikan saya dan dengan rmemutuskan ketertarikan saya tidak boleh mendikte siapa saya sebenarnya dan hidup sebagai pengikut Kristus. Putusan saya begitu jelas : saya mengikuti Yesus Kristus!
Hari dan bulan berganti dan saya terus menjauhi diri dari hubungan seks. Saya telah sadar, seks bukan bagian inti dari identitas saya. Saya mengatakan ke diri saya, “Tuhan mengasihi saya tanpa syarat” dan itu betul. Tetapi kita sebagai orang berdosa suka menambahkan firman Tuhan. Tapi saya mengambil kebenaran itu. Tuhan mengasihi saya tanpa syarat dan ia tidak minta saya berubah. Dan saya yakin anda pernah mendengar bahwa Tuhan mengasihi saya apa adanya maka kamu jangan mengganggu saya. Tetapi setelah belajar Alkitab berkali-kali saya belajar sesuatu yang sangat penting yaitu kasih tanpa syarat berbeda dengan mendukung sikap saya. Unconditional love is not the same with unconditional approval. Identitas saya tidak boleh didikte oleh apa yang menjadi ketertarikan saya.  Identitas saya bukanlah gay, ex-gay , dan bukan orang yang heteroseksual. Karena identitas saya sebagai anak Allah yang hidup. Tuhan berkata kepada kita, “Kuduslah kamu sebab Aku kudus”. Dan saya telah menyalahmengertikan, bahwa bila saya menjadi orang Kristen, saya harus menjadi orang yang heteroseks. Bila saya tertarik dengan wanita maka saya lebih baik sebagai orang Kristen. Tetapi saya baru sadar Alkitab tidak pernah mengatakan heteroseks, karena saya heteroseks. Tetapi Tuhan tidak pernah mengatakan jadilah homoseks. Saya sadar saya memiliki ketertarikan jenis dan tetap harus menjauhi pencobaan. Saya tetap harus melawan  dosa, maka ketertarikan sejenis bukanlah tujuannya. Kebalikan dari homoseks bukanlah heteroseks. Kebalikan homoseks adalah kekudusan. Yang menjadi kebalikan dari dosa apa pun adalah kekudusan. Maka itu saya tidak harus berfokus apakah saya masih tertarik dan dicobai. Tetapi saya harus fokus berusaha membina hidup yang kudus dan suci, karena perubahan bukan karena tidak ada pencobaan. Perubahan terjadi ketika kita dibebaskan untuk menjadi kudus. Bahkan di tengah pencobaan yang sangat besar. Masalah yang paling pokok bukan apa yang saya lawan, bukan apa saya masih dicobai, yang paling inti adalah saya rindu akan Tuhan dan saya berserah dan patuh padaNya. Ketika saya menjalani hidup yang berserah dan patuh pada Tuhan, maka Tuhan menurunkan rencanaNya dalam hidup saya. Dan Tuhan memanggil saya menjadi pelayan penuh waktu ketika saya berada di penjara. Saya sadar tidak peduli apakah saya di dalam atau diluar penjara, karena panggilan itu tetap akan sama di mana pun lokasinya. Dengan hati yang sudah berubah, Tuhan bekerja lagi dengan ajaib. Sehingga masa tahanan saya sebelumnya 6 tahun menjadi 3 tahun dan ini tidak pernah terjadi dalam federasi AS. Sekarang saya hanya  1 tahun lagi menanti pembebasan masa tahanan.
Saya sadar kalau melayani Tuhan penuh waktu setelah keluar dari penjara, maka saya harus banyak belajar tentang Alkitab daripada yang saya ketahui. Maka saya menelpon orang tua. Saya berkata, “Saya rasa Tuhan memanggil saya untu masuk STT”. Dan saya minta untuk dicarikan formulir pendaftaran ke suatu tempat yang namanya Moody Bbile Institute. Dari seberang telpon saya hanya mendengar keheningan. Mungkin karena mereka menjatuhkan gagang telepon. Ternyata mereka mengirimkan formulir  itu. Saya begitu senang sehingga , langsung membuka formulir dan mengisinya. Sampai ke halaman terakhir mereka meminta testimoni. Testomini ini harus datang dari orang-orang yang mengenal saya satu tahun sebelumnya. Orang yang saya kenal selama ini hanyalah orang-orang di dalam penjara. Maka saya akhirnya berhasil meminta pendeta penjara, penjaga penjara dan sesama napi untuk menulis kesaksian dan Moody menerima saya. Saya dilepas dari penjara bulan Juli 2001 dan  sebulan kemudian saya mulai kuliah saya. Maka itu bayangkan saya betapa terkejutnya teman saya ketika mereka bertanya kamu ngapain selama liburan musin panas ini ? Saya lulus dari Moody Bible pada Mei 2005. Saya menerima gelar Magiser dari Wheaton College pada tahun 2007 dan pada tahun 2014 saya menerima gelar doktor dari St. Paul.
Dan tahun 2011 saya  merasa begitu terhormat bisa menulis buku dengan mama dalam bahasa lnggris Out of a Far Country: A Gay Son’s Journey to God, A Broken Mother’s Search for Hope dan dalam bahasa Mandarin “不再是我 (Bukan Aku Lagi)”. Mama dan saya menulis buku ini bersama-sama. Mama menulis Bab 1 , Bab 2 saya dan seterusnya. Mama menulis bab ganjil dan saya menulis bab genap. Saya ingin menceritakan hal ini dengan suara kami sendiri, bagaimana bisa dilihat dari 2 sudut pandang yang berbeda yaitu dari sudut orang tua dan anak yang hilang. Bagaimana Tuhan dalam kuasa dan anugerahNya membawa kami kembali. Di belakang dari setiap buku itu , kami menulis diskusi karena kami tidak mau hanya menceritakan pengalaman kami supaya orang-orang bisa membicarakan apa itu homoseks yang lebih alkitabiah. Dan bahwa cerita kami lebih luas dari homoseks, tetapi kesetian, orang tua dan anak yang hilang. Beberapa SMP dan SMA menggunakan buku kami sebagai buku resmi. Ada orang tua yang membeli beberapa buku sekaligus untuk menjadi bahan diskusi dalam keluarga mereka. Sebagai orang Asia, kita sangat sulit membicarakan tentang seks dengan anak-anak. Tetapi bila tidak mendidik anak kita, maka dunialah yang akan mendidik mereka. Dan dunia tidak akan mendidik mereka tentang  seks yang alkitabiah. Dunia akan mengajarkan seks yang duniawi. Dan saya tahu berapa banyak yang ingin melindungi anak terlalu dini. Tetapi pertanyaan yang benar,”Sedini apa yang terlalu dini? Kapan akan terlambat?” Karena tanggung jawab untuk mendidik seks bukan tanggung jawab pemerintah. Ini bukan tanggung jawab media. Tanggung jawab mendidik seks bukanlah pekerjaan pendeta anda. Tetapi tanggung jawab pendidikan seks adalah tanggung jawab orang tua. Sayangnya kita telah memberikan tanggung jawab itu kepada pihak lain. Kita harus mengambilnya kembali tanggung jawab itu.  Setuju? Kalau tidak, anak kita dijejali pandangan duniawi. Bahkan di kelas TK ada buku tentang transgender. Maka itu tidak heran, anak muda kita kian lama kian bingun dan kehilangan arah. Mereka membutuhkan panduan. Dan orang tua harus mengajarkan panduannya berupa firman Tuhan!


Suatu hari ada seorang nenek yang kembali ke stand buku kami dan ia meinta 10 buku, saya berkata anda hanya perlu satu buku. Nenek itu berkata,”Bukan !!  Saya perlu 10 buku. 1 buku untuk saya dan 9 lainnya untuk cucu saya. Dan dia berkata bahwa ia ingin  mengirimkan buku-buku itu ke masing-masing cucunya dan ia akan membaca buku itu dengan mereka. Itu anugerah yang diberikan Tuhan kepada dia. Kita tidak bisa diam saja. Tetapi Tuhan bisa mengembalikan kepada kita tahun-tahun yang sudah dimakan oleh belalang. Orang tua saya dan saya membicarakan tentang seksualitas di seluruh dunia. Tuhan memberkati hidup kami dan membawa saya kembali kepada Moody Bible College untuk mengajar di sana. Tuhan telah memberikan kepada kami lebih banyak dari apa yang kami minta. Begitu banyak tahun saya sudah jauh dari Kristus dan saya telah mengambil keputusan yang sangat buruk. Keputusan-keputusan yang membawa saya kepada hukuman yang berat. Salah satunya adalah HIV. Saya akhirnya menyadari, saya tidak berbeda dengan anda semua. Kita memiliki hari yang terbatas. Tidak ada yang bisa memperpanjang hidup. Saya terjangkit HIV dan menyadari sesuatu yang sangat penting, sebagai anak Tuhan waktu saya hanya sedikit lagi di dunia. 2017 bisa saja terjadi bukan ancaman dari virus, tetapi bisa dalam bentuk bencana atau lainnya. Dunia tidak butuh seorang Kristen yang hanya baik-baik saja datang ke gereja. Orang-orang baik yang tidak melakukan apa-apa untuk Kerajaan Surga. Yang dibutuhkan dunia ini adalah orang Kristen yang luar biasa, yang tidak mau hidup begitu saja. Orang Kristen yang telah disalib bersama Kristus dan hidup dalam ini. Orang Kristen yang sadar bahwa hidup hanya sebentar lagi. Kita diciptakan dengan tujuan tertentu. Kita ada bukan untuk dilayani tetapi melayani . Kita diciptakan untuk tujuan yang agung. Suatu hari nanti, akan tiba waktunya, tidak peduli apakah kita siap atau tidak. Apakah saat kita berdiri di depan Yang Maha Kuasa, Dia akan berkata, “Baik sekali pelayanKu yang setia”?



Labels: , , , , ,

Wednesday, May 10, 2017

Christopher Yuan : Meninggalkan Kehidupan Ganda (Homo)


Biografi Dr. Christopher Yuan

Apa yang bagi banyak orang merupakan mimpi terburuk menjadi kenyataan dalam diri Christopher Yuan. Saat mengambil kuliah di fakultas kedokteran gigi, dia mulai menjalani hidup sebagai seorang homo yang bergonta-ganti pasangan dan berbisnis obat-obatan terlarang secara sembunyi-sembunyi. Tidak lama setelah itu, ia dikeluarkan dari tempat kuliahnya, dimasukkan ke penjara karena menjual obat-obatan terlarang (narkoba) dan diberitahu bahwa ia terkena penyakit AIDS! Namun Tuhan telah mengubah mimpi buruknya menjadi kisah yang menarik dan menginspirasi tentang penebusan, karunia dan transformasi. Dr. Christopher Yuan memiliki hati yang memahami dan suatu kerinduan untuk melayani orang-orang yang pekerjaannya terkait dengan masalah seksual dan orang-orang yang menderita HIV / AIDS. Dia telah menjadi pembicara di AS dan luar negeri di antara para pemuda, mahasiswa, gereja-gereja dan penjara-penjara. Christopher lulus dari Moody Bible Institute tahun 2005, meraih gelar Master of Arts dari Wheaton College Graduate School dalam bidang Biblical Exegesis dan mencapai gelar Doktor of Ministry dari Bethel Seminary pada tahun 2014. Dia sekarang mengajar di Moody sambil terus aktif menjadi pembicara yang telah menjangkau lima benua di dunia.

Cuplikan kisah Dr. Chistopher Yuan

Sama seperti kebanyakan keturunan Tionghoa lainnya, papa dan mama bersikukuh memegang teguh tradisi Tionghoa. Jadi meskipun hidup di Amerika, kami tidak sama dengan lingkungan. Walau lahir di Amerika, saya selalu merasa berbeda dengan teman-teman. Saat kanak-kanak, teman-teman sekolah dengan kejam suka mengejek anak-anak lain yang berbeda seperti saya. Apalagi perawakan tubuh saya pendek dan lebih pendek dari teman-teman. Saya main piano dan belajar dengan keras di sekolah. Saya tidak begitu pandai dalam olahraga seperti anak-anak laki lainnya. Saya memakai kaca mata sehingga dijuluki "si mata empat" dan mereka mengejek mungkin karena saya orangnya halus dan lebih menyukai seni.

Saat beru
sia 9 tahun, saya menonton film porno di rumah seorang teman dan mulai merasa berbeda. Film tersebut telah membangkitkan sesuatu di dalam diri saya yang selama ini tidak saya sadari. Saya perhatikan saya tertarik baik oleh gambar laki-laki maupun perempuan. Saya pun memutuskan untuk merahasiakan perasaan ini dengan harapan akan hilang dengan sendirinya namun ternyata gagal. Perasaan ini terus timbul dan saya menyembunyikannya dari orang tua dan teman-teman hingga suatu saat saya merasa tidak sanggup lagi. Pada usia 20 tahun saya mulai mengunjungi bar kaum homo tanpa sepengetahuan orang tua dan teman-teman dan kemudian semakin aktif secara seksual. Saat ke luar rumah untuk melanjutkan studi kedokteran gigi, saya memutuskan untuk membuka rahasia saya dan mulai hidup dalam dunia homo sepenuhnya. Saat itu saya merasa benar-benar bisa memuaskan diri dan bereksperimen dengan perasaan-perasaan yang telah saya simpan selama ini.

Suatu kali saat berada di rumah, saya memberitahu  orang tua tentang seksualitas saya. Saya telah mendengar cerita-cerita mengerikan tentang bagaimana reaksi orang tua teman-teman saya dan bagaimana mereka diusir dari rumah dan tidak boleh balik. Namun orang tua saya tidak demikian. Papa merasa putus asa dan kehilangan semua harapan. Mama merasa malu, terkhianati, tertolak, terpukul, dan sangat sedih. Baginya tidak ada kata-kata yang bisa melukiskan perasaannya saat itu.

Setelah mendengar pengakuan saya,
mama memutuskan untuk mengakhiri hidupnya namun entah mengapa dia ingin menemui dengan seorang pendeta terlebih dahulu. Hal ini aneh karena mama adalah seorang ateis seumur hidupnya. Dia pun menemui seorang pendeta yang memberinya sebuah brosur mengenai homoseks. Mama pun membacanya dan sangat tertarik. Brosur itu menerangkan bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa namun Tuhan mencintai kita walau membenci dosa kita. Mama berpikir dia tidak bisa mencintai saya karena perbuatan saya, tetapi jika Tuhan bisa mengasihinya dan melepaskan dosa-dosanya, maka dia bisa juga mengasihi saya terlepas apa yang telah saya perbuat. Kemudian Tuhan berbicara ke dalam hatinya, "Kamu adalah milikku." Firman ini benar-benar menyentuh hatinya. Dia pun bertobat dan menjadi pengikut Yesus. Awalnya papa tidak menyukai itu namun papa melihat perubahan yang nyata dalam hidup mama yang terjadi karena hubungan pribadinya dengan Yesus, sehingga papa pun memutuskan untuk pergi ke gereja dengan mama. Pada akhirnya dia pun menyerahkan dirinya kepada Yesus.

Orang tua saya memutuskan untuk terus berdoa bagi saya. Pada waktu itu
di siang hari saya belajar sebagai seorang mahasiswa kedokteran gigi sedangkan di malam hari saya terjun semakin dalam dunia gay yang penuh dengan seks bebas dan obat-obatan. Saya berkeliling Amerika sambil memakai dan menjual obat-obatan sehingga banyak ketinggalan pelajaran. Saya pikir saya bisa menjalani kehidupan ganda dan memisahkan antara kehidupan liar saya dan kehidupan sebagai mahasiswa. Namun tak lama kedua kehidupan itu mulai berbenturan dan saya pun dikeluarkan dari universitas 3 bulan sebelum wisuda.

Setelah dikeluarkan dari universitas, saya menghabiskan diri saya dengan terjun sepenuhnya dalam komunitas homoseks, terutama di bar dan kl
ub homo. Saya mulai melakukan keahlian dalam menjual obat-obatan. Saya mendapat banyak uang dan melakukan seks bebas yang bisa beberapa kali dilakukan dalam sehari. Saya ingat saat orang-orang memperlakukan saya laksana seorang "bintang besar" dan mengira saya ini tak terkalahkan. Saya benar-benar berpikir bahwa saya ini tuhan. Namun, orang tua saya tidak kehilangan harapan walaupun saya menolak berbicara dengan mereka.

"Setiap pagi sebelum memulai hari, saya masuk ke dalam kamar doa saya dan salah satu doa saya adalah, 'Tuhan berbelas kasihanlah pada anak ini.'"
Kisah ibu saya. Tuhan pun menjawab doanya dengan sebuah ketukan di pintu saya. Saya membuka pintu dan saya melihat orang-orang yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Mereka adalah polisi anti-narkoba. Tepat di belakang saya ada obat-obat terlarang milik saya di atas meja dapur. Karena mereka melihat dengan jelas barang-barang itu, mereka masuk dan menangkap basah saya. Saya dituduh memiliki narkoba sebanyak 9,1 ton ganja.

Hanya dalam waktu 3 hari mereka memenjarakan saya. Sesuatu dalam tong sampah menarik perhatian saya. Saya melihatnya dari ujung mata saja dan itu adalah sebuah Alkitab
versi Gideon. Untuk pertama kalinya saya membuka Alkitab. Seraya membaca buku itu, saya mulai merasa bersalah atas pemberontakan saya, tidak hanya terhadap hukum dan manusia, tetapi juga terhadap Tuhan. Saya sadar bahwa ada ganjaran atas tindakan-tindakan saya.
Mereka mengirim saya ke kantor perawat.
Sang perawat menuliskan sesuatu dan menggesar kertas itu ke arah saya. Saya pun melihat ke bawah ada 3 huruf dengan satu simbol, yaitu HIV+. Saya kembali ke sel penjara dan merasa seakan-akan saya baru saja dijatuhi hukuman mati. Saya berbaring dan melihat ke atas tempat tidur bertingkat yang penuh dengan tulisan grafiti. Saya melihat ada sebuah coretan kecil yang berbunyi, "Jika kamu merasa bete, bacalah Yeremia 29:11 'Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.'" Saat itu mungkin adalah masa tergelap yang penuh dengan keputusasaan dalam hidup saya setelah dihukum selama 6 tahun dan kemudian menerima kabar tentang status HIV saya. Malam itu Tuhan memberikan saya cukup iman untuk bertahan hingga keesokan harinya.

Saya
pun  berserah kepada Tuhan melalui proses setahun. Saya tahu bahwa saya tidak bisa lagi hidup menurut cara saya dan cara dunia. Saya harus menyerahkan semua harapan dan impian saya kepada-Nya. Dengan berkembangnya hubungan pribadi saya dengan Yesus, saya semakin kesulitan untuk membenarkan gaya hidup homoseks. Saya terus membaca Alkitab. Saya mencari tiap ayat, tiap bab tiap halaman dalam Alkitab untuk membenarkan prilaku homoseks tetapi saya tidak menemukan pembenaran itu. Saya pun ada pada titik balik dan saya harus membuat suatu keputusan. Apakah saya akan meninggalkan Tuhan dan firman-Nya dan hidup sebagai seorang homoseks dan membiarkan perasaan saya mendikte siapa saya atau apakah saya akan meninggalkan prilaku homoseks dengan membebaskan diri dari perasaan saya dan hidup sebagai murid Yesus Kristus? Keputusan saya jelas dan nyata. Saya memilih Yesus.


Saya keluar dari penjara setelah menyelesaikan masa hukuman saya. Sekarang hubungan saya dengan orang tua saya telah dipulihkan. Saya adalah pembimbing dia Moody Bible College di Chicago dan saya hidup setiap harinya dengan tujuan yang jelas. Hari-hari kita ini cepat berlalu. Tidak seorang pun punya kepastian akan hari esok. Namun, kebanyakan dari kita hidup seakan-akan kita memiliki kepastian itu. Saya harus terkena HIV
untuk bisa menyadari bahwa saya harus hidup seolah-olah saya akan segera mati. Saya tidak lagi didikte oleh seksualitas saya. Jati diri sebagai anak Tuhan hanya boleh di dalam Yesus Kristus saja. Saya membaca ayat-ayat Alkitab seperti, "Kuduslah kamu, karena Aku kudus!" Saya awalnya selalu berpikir lawannya homoseks adalah heteroseks tetapi sekarang saya sadar bahwa lawannya homoseks adalah kekudusan. Tuhan berfirman kepada saya, "Jangan fokus kepada perasaanmu. Jangan juga fokus kepada seksualitasmu. Fokuslah kepada hidup kudus dan murni." Menjadi pengikut Yesus memang tidak mudah. Mungkin saya bergumul dari waktu ke waktu tetapi Tuhan memberikan saya kasih karunia-Nya. Dia sudah mengklaim kemenangan di kayu salib. Meskipun saya bergumul, saya tidak terikat.

Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu."(Kisah Para Rasul 16:31)

Labels: , , ,